Kegiatan Kelas Sastra Nusantara Forum Lingkar Pena Tahun 2024 perdana digelar di Kalimantan Selatan, tepatnya di SMPN 5 Banjarbaru pada Sabtu, 3 Agustus 2024. Acara ini sukses diselenggarakan oleh Forum Lingkar Pena Wilayah Kalimantan Selatan, dengan dukungan Bantuan Pemerintah Bidang Kebahasaan dan Kesastraan – Program Penguatan Komunitas Sastra dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI. Selain Forum Lingkar Pena Kalimantan Selatan, juga terdapat 7 FLP wilayah lain yang mendapatkan bantuan pemerintah ini untuk menyelenggarakan Kelas Sastra Nusantara.
Sejarah Berdirinya FLP Wilayah Kalimantan Selatan
Refleksi Membangun Kebiasaan
Baru-baru ini aku bergabung dengan program Habit Hebat. Program ini merupakan program membangun kebiasaan yang digagas oleh Coach Adi Wahyu Adji. Yang sekarang kuikuti adalah batch ke 3. Semua orang yang ingin membangun kebiasaan apapun itu bisa bergabung di sini.
Program ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu membangun habit, menjaga habit, dan mengabadikan habit. Saat aku menulis ini, aku sedang berada di tahapan menjaga habit. Tebak habit apa yang ingin kubangun?
- Menulis minimal 500 kata setiap hari.
Iya, meskipun terlihat sering menulis tapi sebenarnya ritme menulisku masih tergantung mood banget. Jadi aku berazzam untuk merutinkannya agar aku lebih produktif.
Awalnya habit yang ingin kubangun memang seluas itu. Namun sekarang sudah mulai mengerucut, setelah melalui beberapa proses pembiasaan. Nggak mudah euy, bahkan untukku yang memang suka nulis. Sekarang, habit yang ingin kubangun lebih spesifik.
- Ngeblog minimal 30 menit setiap hari.
Mengapa kupilih kegiatan menulis blog dan bukannya menulis buku atau novel? Karena untuk saat ini itu yang bisa aku kerjakan tanpa persiapan yang memakan waktu. Untuk menulis sebuah buku non-fiksi atau novel, aku butuh outline matang agar bisa lancar mengerjakannya. Dan bagiku itu butuh waktu tidak sebentar.
Setelah habit ngeblog ini berjalan dengan abadi, mungkin next aku bakal membangun kebiasaan menulis dua hal tersebut. Oya, kenapa juga redaksi yang kutulis di atas adalah ‘ngeblog’ bukan ‘menulis blog’? Karena seperti yang umum diketahui oleh para bloger, ngeblog itu bukan hanya tentang menulis draft.
Ngeblog berarti rangkaian kegiatan mulai dari membuat draft, editing, menyiapkan foto, publish sesuai SEO on page, share link blog di media sosial, blogwalking, utak atik template, dan lain-lain. Yang kusebutkan tadi merupakan tahapan-tahapan minimal yang harus dikerjakan bloger, yang lebih high level lagi mah banyak.
Itu kenapa aku membuat patokan minimal 30 menit untuk menunjukkan target terkecil yang kumiliki. Dalam 30 menit itu, apapun terkait dengan blogging di blog pribadiku www.rindangyuliani.com harus kukerjakan.
Mengapa aku tidak memfokuskan habit untuk menulis 500 kata sebagai draft postingan blog? Karena aku belum punya waktu lain yang bisa kuluangkan untuk mengerjakan hal-hal lain dalam blogging seperti yang kusebutkan di atas. Sedang ngeblog kan butuh dipublish secara kontinu, bukan buku yang hanya sekali dicetak pada akhir masa penulisan.
Selain itu, draft postinganku juga lumayan banyak tapi belum tereksekusi untuk mengeditnya apalagi mempublishnya. Btw, untukku menulis draft itu harus beda waktunya dengan mengedit agar tulisan terendap dulu sehingga lebih mudah untuk merapikannya.
Balik lagi ke program Habit Hebat yang kujalani. Pada awalnya, setiap peserta harus membuat proposal kebiasaan. Proposal ini berisi identitas, tanda, kebiasaan, reward, big why, idola, sumber, support, dan antisipasi kendala. Di level menjaga kebiasaan ada beberapa tambahan poin pada proposal kebiasaan.
Aku kan tipe yang suka planning rapi begini, kalau nggak mau dibikin ribet. Makanya waktu awal masuk, aku sudah menyangka bakal cocok sama programnya. Program ini benar-benar memfasilitasi segala kemageranku dalam melaksanakan habit.
Saat malas mendera ketika ingin melaksanakan kebiasaan, aku selalu diingatkan dengan ‘tugas’ membuat laporan harian dan mengisi formulir setiap hari. Itu salah satu hal yang membuatku akhirnya terpaksa untuk terus melakukan habit itu.
Support dari teman-teman sesama peserta, mentor yang ada di dalam grup, serta materi-materi daging yang diberikan oleh Coach Adji juga menjadi bahan bakar yang mampu menyalakan semangatku untuk membangun habit ini.
Sekarang aku sedang berada di tahap fase ketiga yaitu mengabadikan kebiasaan. Semoga aku bisa menjalaninya sampai akhir dan terus mengabadikan kebiasaan ini selamanya, kalau perlu meningkat ke arah yang lebih baik.
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin kutuliskan, tapi mungkin akan lebih baik menunggu sampai setelah aku menyelesaikan program Habit Hebat ini. Tunggu saja. []
[Rindang Yuliani]
Pertemuan Rahasia Civilian Depurator
Pertemuan
Rahasia Civilian Depurator
(M.Arie Hidayat)
Ban mengkilap dari mobil sedan serba hitam itu
menapak di salah satu genangan air di depan salah satu gudang yang berjejer di sebuah
area industri. Mobil yang memiliki kaca hitam pekat tersebut kemudian berhenti
tepat di depan pintu gudang yang hampir selebar bangunan tersebut. Seorang pria
gendut berjas sepanjang lutut keluar dari kursi kemudi. Dia seorang diri. Dia
kemudian berjalan ke arah pintu gudang yang hanya sedikit celah terbuka, sambil
mengenakan topi purun biru yang merupakan identitas dari sindikat Civilian Depurator.
Sebuah sindikat yang membasmi para penduduk ‘terpilih’
dengan tujuan menciptakan keseimbangan di tengah masyarakat. Namun nyatanya, alasan
mereka memilih target oprasinya ditentang oleh sebagian besar masyarakat. Entah
memang alasan sindikat itu terkesan dipaksakan, atau memang karena mayoritas
penduduknya memang layak untuk dibasmi.
Setidaknya mereka punya lima modus operasi,
dari pencurian, perampokan, penyerangan kantor atau markas dari lembaga atau
kelompok, penculikan, sampai pembunuhan yang mereka beri istilah ‘eleminasi
sampah penduduk.’
Salah satu kelompok yang kontra dengan Civilian
Depurator adalah The Whites. Para anggotanya memiliki sebutan Mr.
and Mrs. White. Tujuan mereka hanya satu, yaitu menggagalkan setiap oprasi
dari Civilian Depurator, hingga nanti mereka kehabisan sumber daya, dan
akhirnya pihak berwajib dapat meringkusnya hingga ke akar-akarnya.
“Oh, kukira aku terlambat?” ucap pria gendut itu
yang melihat ada tiga orang lainnya yang juga masih berdiri di sekitar meja
pertemuan.
Hanya meja kayu sederhana dengan sebuah pistol
di atasnya, di sekelilingnya terdapat lima kursi kayu yang tidak kalah
sederhana. Pada salah satu kursi itu, sudah duduk seorang pria dengan topi yang
sama seperti orang lainnya, disinari satu lampu pijar kecil yang menggantung
tidak terlalu tinggi dari atas meja.
“Tidak gendut, tapi bukan berarti kamu tidak
terlambat,” ucap pria di kursi, kemudian dia menyeringai. “Duduk lah
tuan-tuan.”
“Ya, apapun katamu, Mr. On time...” ucap salah
satu dari mereka dengan agak kesal. Keempat pria itu pun duduk di kursinya
masing-masing.
“Aku tidak menyangka, bos akan memerlukan
orang sebanyak ini untuk penculikan kali ini,” kata pria di kursi lagi, yang
tadi dipanggil Mr. On time oleh salah satu dari mereka.
“Oke, jadi misi kali ini adalah penculikan
ya,” ucap Mr. White dalam hati. Tanpa disadari yang
lainnya, anggota The Whites berada di antara mereka.
Dalam melakukan kordinasi orientasi aksinya, Civilian
Depurator selalu mengacak agennya, yang tidak saling kenal, dan saling
merahasiakan berkas misinya. Hal ini dimaksudkan agar kemudian jika ada
penyusup dalam tim aksi, maka akan ketahuan saat kordinasi, dan segera
dieleminasi. Namun nyatanya, hasilnya tidak selalu seperti itu.
“Yah, aku rasa ini wajar. Meskipun dia hanya
anak kecil, tapi penjaganya banyak,” salah seorang pria bertubuh kekar memberi
respon.
“Bagus, petunjuknya semakin mengerucut...” ucap Mr. White lagi dalam hatinya.
“Terlebih dia adalah anak perempuan
satu-satunya,” pria dengan kumis tipis ikut berbicara.
Mendengar itu, Mr. On time dan si kekar
memicingkan matanya pada si kumis tipis.
“Aku rasa pertemuan kita kali ini disusupi...”
ucap si gendut. Dia memandangi wajah masing-masing orang di sekitarnya. “Kita
harus menyamakan persepsi, dan saling menyamakan data ‘buruan’ untuk mengatahui
siapa penyusup di antara kita.”
“Ya, ya... aku sepakat,” ucap Mr. On time, si
kekar, dan pria satunya dengan tampilan seorang pria baruh baya bersahutan.
“Kamu pak tua, apa pendapatmu tentang buruan
kita kali ini?” tanya si gendut pada pria tua.
“Hey, kenapa aku? Bukannya kamu tadi yang
duluan bicara setelah tuan kumis tipis ini menyampaikan tentang buruan kita.
Kamu dulu dong selesaikan omongan kamu, deskripsikan tentang misi atau buruan
kita kali ini!” pria tua itu merasa ada yang aneh pada si gendut. Dia pun
menyuruh si gendut untuk mendeskripsikan terlebih dahulu.
Mr. On time memgangguk, kemudian memberi
aba-aba pada si gendut untuk mulai berbicara.
“Huh...” gerutu si gendut agak kesal. “Aku
hanya berpesan kepada siapa pun nanti yang akan membersamaiku dalam misi ini, berhati-hatilah.
Orang tua dari anak ini adalah orang kaya, dia bisa mempersiapkan apa saja
dengan hartanya.”
“Ya, aku sependapat. Dia bisa saja menambah armada
mobil penjaga anaknya,” sahut pria tua.
“Oke, aku rasa aku tahu siapa penyusupnya,”
ucap si kekar.
“Dari awal juga sudah jelas...” ucap si gendut
juga.
Kemudian secara serentak semua mata mereka
tertuju pada si kumis tipis.
“Hey, hey... Kenapa kalian memandangiku
seperti itu? Aku juga memegang nama target buruan. Aku bukan penyusupnya...” si
kumis tipis mencoba untuk membela diri.
“Ya, kamu memang memegang sebuah nama, namun
nama itu keliru. Karena kamu bukan bagian dari kami!” pria tua memberi
penjelasan. “Aku juga pilih dia untuk dieksekusi!”
“Kau sepakat kan kalau dia penyanyi?” tanya si
kumis tipis lagi pada Mr. On time dan si kekar, berusaha mencari pendukung.
“Ya...” jawab Mr. On time singkat.
“Pemyanyi ya... oke, satu informasi lagi
kudapat,” satu keberuntungan lagi bagi Mr. White.
“Tapi dia bukan perempuan...” si kekar
menyambung jawaban dari Mr. On time, yang kemudian membuat si kumis tipis skak
mat.
Dengan cepat si kumis tipis berdiri dari
kursinya, berusaha untuk kabur...
DORRR!! Laras pistol yang mengeluarkan asap
itu segaris dengan posisi si kumis tipis. Pria tua baru saja melepaskan
tembakan dari pistol yang sudah tersedia di atas meja. Jasad si kumis tipis pun
tersungkur di meja.
Si gendut kemudian menyingkirkannya, dan
mencari-cari sesuatu dari saku si kumis tipis. Tidak lama kemudian, dia meraih
sebuah kartu nama.
“Lihat. Kartu anggota Undercover,” si
gendut memperlihatkan sebuah kartu dengan gambar siluet hitam orang bertopi.
“Hmm... berarti target oprasi mereka ini
anak laki-laki ya. Hampir saja aku terkecoh.”
“Undercover sialan...” gerutu pria tua sambil
meletakkan lagi pistol ke atas meja.
“Kita sudah aman?” tanya Mr. On time.
“Aku khawatirnya belum. Sebab di pistol ini
tadinya ada tiga peluru,” jawab si gendut, “yang berarti hanya ada tiga anggota
yang nantinya akan ikut dalam misi ini. Satu peluru sudah bersarang di kepala
Undercover sialan ini, kini tinggal dua peluru lagi. Jika setelah ini kita
berhasil menemukan satu penyusup yang lainnya, kita aman. Namun jika sampai
peluru terakhir kita tidak juga menemukan penyusupnya, kita tamat...”
Semuanya terlihat tegang, meskipun berusaha
untuk tetap terlihat tenang.
“Aku hanya berharap tidak ada Mr. White di
sini,” lanjut si gendut lagi. “Sebab mereka memiliki senjata rahasia mereka
sendiri. Ada yang telunjuknya bisa menembakkan peluru, tembakan laser dari
mata, dan hal-hal mustahil lainnya.”
“Oke, berarti hanya tinggal satu di antara kita
berempat ya... Sepertinya ini tidak terlalu sulit,” ucap Mr. On time.
“Baiklah, melihat dari biodata target pada
berkas misi yang kuterima, dengan boneka aku yakin dia akan mudah kita jebak,”
kini si kekar yang lebih dulu memberi pandangan.
Mr. On time mengernyitkan dahinya. Ada sesuatu
yang mengganjal pikirannya dari pernyataan si kekar.
“Bisa jadi sih... Terlebih Sabtu ini merupakan
jadwal pekanannya untuk pergi ke taman hiburan. Itu merupakan set yang pas,”
sahut Mr. On time, menyambut deskripsi dari si kekar.
“Oke, sepertinya Mr. On time sepakat kalau
anak ini suka boneka. Dan setiap Sabtu dia ke taman hiburan. Sepertinya aku tau
beberapa artis cilik yang memiliki ciri-ciri seperti ini. Aku hanya tinggal
memastikan satu hal...” gumam Mr. White, dia semakin
optimis.
“Nanti cari bahan bonekanya yang gak pakai
dacron. Kemarin aku liat di infotainment, dia alergj dacron,” si gendut
menambahkan.
“Tunggu, maaf tuan kekar, aku harus menanyakan
ini padamu. Sebab apa yang kamu sampaikan tadi mau tidak mau membuatku curiga,”
ucap si pria tua.
“Lho, kenapa?” si kekar mulai takut.
“Boneka. Kita semua tahu anak seumurannya
pasti suka boneka. Sekalipun kita asumsikan saja data tersebut tertera di
berkas misi, penyusup yang tidak memiliki berkas itu pun juga akan bisa
berspekulasi seperti itu, sebab setiap anak seumuran dia pasti suka boneka,” Mr.
On time menjelaskan.
“Itu dia. Cobba jelaskan pada kami lebih
spesifik, boneka jenis hewan apa yang disukainya?” tanya si pria tua.
“Mamalia!” jawab si kekar spontan, tanpa ragu,
dan begitu otomatis.
“Aku rasa dia sudah mendapat kesimpulan dari
petunjukku barusan, dan akhirnya tahu siapa anak yang akan kita culik, dari
sana lah dia tahu bahwa anak itu suka boneka dari jenis mamalia...” si gendut
mengambil pistol di atas meja, kemudian menodongkannya pada si kekar. “Aku
memilih dia untuk dieksekusi.”
“Boneka kesukaannya mamalia sudah
dipastikan. Tinggal sedikit lagi...” detak jantung Mr.
White semakin berpacu, dia sangat yakin kali ini akan mengetahui siapa target
oprasi mereka.
“Tunggu, dia bahkan belum memberi deskripsi
apapun setelah kita mengeksekusi Undercover!” tunjuk si kekar pada si pria tua.
“Huh... lihatlah. Penyusup kita mulai
ketakutan. Jelas-jelas aku bagian dari tim ini. Kalimatku ini pasti akan
membuat kalian yakin,” si pria tua mencondongkan tubuhnya merapat ke meja. “Anak
ini memiliki dua saudara...”
“Damn!! Ini semakin rumit!” gerutu Mr.
On time. Dia sepakat dengan apa yang dikatakan oleh si pria tua. Semuanya
seolah memiliki alibi.
“Bagus. Jika anak ini memiliki dua saudara,
berarti tinggal dua kemungkinan siapa anak ini,” ucap
Mr. White dalam hati. Kini dia semakin dekat.
“Jangan khawatir bung, ini sudah jelas bahwa
dia lah penyusupnya,” si gendut berusaha menenangkan Mr. On time, dia menunjuk
si kekar dengan ujung laras pistol yang masih berada di tangannya.
“Bukan...” si pria tua berujar.
Semua mata tertuju pada si pria tua. Mereka dikagetkan
oleh pernyataannya barusan.
“Dengan segala hormat, Mr. On time, yang jelas
bukan kamu penyusupnya, sebab kamu lebih dulu tahu bahwa oprasi kali ini adalah
penculikan, bukan pencurian, perampokan, penyerangan markas, atau yang lainnya.
Penyusupnya adalah... dia,” telunjuk si pria tua tepat mengarah pada si gendut,
yang tiba-tiba matanya melotot kaget sekaligus marah.
“Hey, jaga mulut kamu pak tua! Sekarang aku
benar-benar mencurigai kamu lah penyusupnya!” teriak si gendut. Suaranya
bergema dalam gudang yang luas itu.
“Semakin jelas kan?” ucap si pria tua sambil
tersenyum dan sedikit merentangkan tangannya.
Mr. On time memberi aba-aba pada si gendut
untuk tenang. Si gendut mendengus kesal meskipun akhirnya dia bisa diam.
Si pria tua kemudian meneruskan penjelasannya,
“Pertama, dia mencoba untuk melewati sesi pemberian deskripsi dengan memintaku
untuk lebih dahulu menyampaikan deskripsi. Kedua, dia menyatakan bahwa orang tua
dari anak ini merupakan orang kaya. Ini merupakan deskripsi paling bodoh. Itu
merupakan hal yang sudah pasti, mana mungkin kita akan menculik orang dari
kalangan biasa-biasa saja, apa lagi miskin.”
“Hey, aku hanya berusaha agar penyusup sialan
itu tidak mendapatkan petunjuk-petunjuknya dengan jelas, yang kemudian bisa
membuatnya benar-benar merasuki tim kita!” si gendut memberi penjelasan.
“Boleh aku teruskan?” tanya si pria tua yang
merasa pemaparannya diinterupsi.
“Ya, silakan...” sahut si kekar.
“terimakasih. Ketiga, sedari tadi dia paling
sering berbicara untuk memprovokasi. Terakhir, dia mencoba mempengaruhi kita
untuk mengeksekusi pria malang ini,” si pria tua menunjuk si kekar. “Bahkan dia
sudah menodongkan pistolnya. Kemudian tiba-tiba berubah menuduhku sebagai
penyusup saat aku mengatakan dia lah penyusupnya.”
“Bukannya tadi kamu yang bilang mencurigai
dia?” si gendut kembali mencoba mengacaukan pikiran yang lainnya.
“Tapi dia bisa menjawab dengan cepat, tanpa
ragu. Malah kamu yang tiba-tiba memberi respon sangat agresif,” sahut si pria
tua lagi.
“Aku rasa sebaiknya kamu taruh dulu pistol itu
ke atas meja, gendut,” pinta Mr. On time.
Si gendut tak bergeming, hanya memandangi Mr.
On time dengan marah.
“Kecuali kamu ingin membuat kami semakin yakin
bahwa kamulah penyusupnya...” lanjut Mr. On time lagi. Mau tidak mau, si gendut
meletakkan pistol tersebut ke tempatnya.
“Oke, aku pilih dia untuk dieksekusi kali
ini,” si kekar menunjuk si gendut, sambil memandang pada Mr. On time.
“Brengsek!!” caci si gendut.
Mr. On time memindah pandangannya pada si pria
tua, seolah bertanya, siapa yang dipilihnya.
Sambil mengangkat bahunya, pria tua menjawab, “Aku
yang memaparkan panjang lebar gitu, ya aku curiga dia lah penyusupnya.”
“Kalau aku tetap yakin, dia lah penyusupnya,”
si gendut memilih si kekar. Dia mengucapkannya sambil memandang penuh emosi
pada si kekar.
“Ya aku lebih condong pada si gendut juga
sebenarnya...” jawab Mr. On time.
“Haha... dua lawan dua. Eksekusi tidak bisa
kita lanjutkan jika jumlah suara sama,” ucap si pria tua sambil tertawa kecil.
“Oke, ini penjelasan tambahanku, kenapa aku sangat yakin bahwa dia penyusupnya.
Dia mengatakan target buruan kita alergi dacron. Info yang dia katakan dapat dari
infotainment. Bukan dari berkas misi yang sudah kita terima masing-masing. Dia
tahu orang-orang macam kita tidak bakalan nonton infotainment, sehingga dia...”
DORRR!!
“Aku ikut memilih dia. Hasil vote sudah lebih
dari setengah kan?” ucap Mr. On time setelah melepaskan peluru ke kepala si
gendut.
“...seperti itu,” ucap si pria tua menutup
penjelasannya yang sebenarnya belum benar-benar selesai.
Si kekar kemudian bergegas menghampiri jasad
si gendut. Dia benar-benar penasaran, apakah si gendut ini Undercover atau
The Whites.
Si kekar pun mencari-cari kartu pengenal di
saku jas, celana, bahkan kemeja. Hingga akhirnya tangannya berhasil menyentuh
sebuah kartu. Setelah dirogohnya kartu tersebut, matanya membelalak melihat
logo yang ada pada kartu tersebut. Si kekar membalik kartu tersebut agar si
pria tua dan Mr. On time dapat melihatnya.
Si pria tua menutup mulutnya, kaget, tidak
bisa menerima kenyataan ini.
Pada kartu itu terdapat logo siluet pria biru
bertopi, dengan tulisan Civilian Depurator yang mengelilinginya.
“Arrgh!! Kamu, maupun kamu penyusupnya...
peluru terakhir di sini akan membungkammu selamanya!” bentak Mr. On time pada
si kekar dan si pria tua.
“Aku minta maaf, aku benar-benar...” si pria
tua mencoba untuk menenangkan Mr. On time.
“Pak tua... jika bukan si gendut penyusupnya,
dan bukan juga Mr. On time seperti yang kamu jelaskan tadi, berarti kamu lah
penyusupnya...” ucap si kekar sambil memandangi si pria tua dengan lekat.
“Whoa, whoa... tunggu dulu. Bagaimana pun
kalian juga sepakat kan dengan petunjuk-petunjukku sebelumnya? Anak itu dikawal
oleh armada penjaga bermobil, kemudian memiliki dua saudara...”
“Benar juga, bahkan dari tadi sebenarnya aku
mencurigai si kekar. Apa pembelaanmu?” tanya Mr. On time pada si kekar, sambil
berusaha meraih pistol. Namun tangan si kekar lebih dulu mencapai pistol itu,
sehingga kini tangan mereka menumpuk. Kemudian mereka bersepakat untuk sama-sama
menjaihkan tangan dari pistol tersebut.
“Bukankah kita perlu memberi deskripsi
terakhir? Aku yakin di sini akan terlihat siapa penyusup sebenarnya,” ucap si
kekar. Lagi-lagi dia memicingkan mata pada si pria tua.
“Cukup adil,” sahut si pria tua singkat,
sambil mengangkat alis dan bahunya.
“Aku rasa aku tidak perlu berucap apa-apa
lagi, karena sudah pasti bukan aku penyusupnya. Silakan si kekar...” ucap Mr.
On time.
“Aku rasa sebaiknya penyusuplah yang lebih dulu
mengucapkn kalimat terakhirnya...” sahut si kekar, sambil terus memandangi si
pria tua, dan kembali menggenggam gagang pistol di meja.
“E.. No, no...” sambil menunjuk pistol yang
dipegang si kekar, si pria tua menggoyangkan telunjuknya, isyarat tidak boleh
melakukan itu.
Si kekar pun menjauhkan lagi tangannya dari
pistol itu.
“Baik lah jika itu maumu. Dengarkan baik-baik,”
lagi-lagi pria tua itu mencondongkan badannya mendekati Mr. On time dan si
kekar. "Mari kita ingat apa kata pria yang terakhir kita eksekusi.”
Si pria tua merujuk pada kalimat si gendut
yang mengatakan, “aku rasa dia sudah menyimpulkan dari petunjukku barusan.
Biar aku yang mengeksekusinya!"
“Bahkan, bukankah tadi kamu juga merasa bahwa
deskripsi dia yang mengatakan target suka boneka mencurigakan? Sebab saat itu
dia mencoba berspekulasi,” pria tua menambahkan lagi, mencoba memprovokasi Mr.
On time.
“Bukannya kamu yang dari awal berspekulasi?”
si kekar tidak mau kalah. Dia juga mencoba membangun persepsi Mr. On time.
Seketika Mr. On time memalingkan wajahnya pada
si pria tua.
“Haha... di sini terasa semakin panas ya, bung,”
ucapnya pada Mr. On time. “Itu tadi kata-kataku untuk menegaskan siapa yang
akan kita eksekusi berikutnya. Sekarang, sesuai janjimu. Aku khawatir justru
kamu yang tidak punya data sedikitpun terkait misi kali ini. Ucapkan pada kami
sesuatu yang kemudian bisa membuat kami sangat-SANGAT yakin bahwa kamu memang
bagian dari tim,” pinta si pria tua pada si kekar.
“Oke, aku yakin, kali ini kamu yang akan kami eksekusi.
Ayah dari anak ini baru saja kehilangan istrinya. Kamu pasti sepakat denganku
kan?” si kekar memandang pada Mr. On time, Mr. On time mengangguk mengiyakan.
Tanpa disadari si kekar dan Mr. On time, pria
tua itu tersenyum penuh kemenangan. Sejurus kemudian, pistol yang tadinya
berada di meja sudah berada di tangan kanannya, dan meletuskan sebuah peluru ke
kepala si kekar. Sedangkan tangan kirinya, jempol dan telunjuknya membentuk
sebuah pistol yang juga sudah mengeluarkan peluru menuju kepala Mr. On time.
Kedua anggota Civilian Depurator itu
pun tumbang.
Pria tua yang ternyata seorang Mr. White itu
pun berdiri. Dia merogoh ponsel jadul dari saku bagian dalam jasnya. Dia
membuat sebuah panggilan telpon, sambil berjalan menuju pintu keluar.
“Target dikonfirmasi adalah artis cilik bernama
Juanda Ridha. Anak dari Pak Laksma Ridha dan almarhumah Gita Laksma Ridha.
Dugaan rencana waktu dan lokasi penculikan adalah Sabtu depan di taman bermain
Dedaun Rambat, jl. Kancil. Amankan perimeter dalam radius 1 kilometer.
Kemungkinan Tim Dua dari sindikat ini yang akan beraksi.”
YUK, KENALAN SAMA PUBLIC SPEAKING
YUK, KENALAN SAMA PUBLIC SPEAKING
(RAHMAH)
Public speaking sebenarnya bukanlah aktivitas baru yang hanya dilakukan oleh
manusia-manusia pada zaman modern. Bahkan sejarah telah menunjukkan bahwa akar
tradisi kegiatan public speaking ini telah ada sejak zaman
peradaban Yunani kuno, yaitu pada tradisi politiknya. Seni berbicara di depan
publik ini biasanya disebut dengan nama “retorika”, dari bahasa Yunani rhētorikós, yang
berarti “pidato”, atau dari kata rhḗtōr yang
berarti “pembicara publik” yang telah dipelajari bahkan sejak dalam ilmu pengantar ilmu komunikasi. Secara singkat retorika berarti pembicaraan publik
atau pidato. Tokoh-tokoh yang terkenal berbicara atau melakukan retorika adalah
Gorgias, Plato, dan Aristoteles dengan model komunikasi Aristoteles yang dimilikinya.
Saat
ini public speaking dianggap merupakan tingkatan komunikasi
tertinggi dalam komunikasi, dari komunikasi intrapersonal sampai komunikasi publik, yang bisa dilakukan
oleh manusia dan termasuk dalam salah satu model model komunikasi yang dipelajari sejak dulu, dan siapapun dapat
melakukannya serta tidak harus berada dalam ruang lingkup politik sebagaimana
pada zaman dahulu.
Beberapa
menyebutkan bahwa suatu komunikasi dapat disebut dengan komunikasi publik
apabila jumlah audiens yang berada dalam komunikasi tersebut berjumlah lebih
dari sepuluh orang. Akan tetapi pada prinsipnya komunikasi publik memiliki
bentuk sistem komunikasi massa yang melibatkan pembicara dan audiens dalam
jumlah yang banyak dan tidak dapat dipahami hanya dengan model komunikasi antar pribadi.
Kamus Webster’s Third New International Dictionary ngejelasin, public speaking adalah proses
pembicaraan di depan public (the act of
process of making speechess in public); dan seni serta imu pengetahuan
mengenai komunikasi lisan yang efektif dengan para pendengarnya (the art or science of effective oral
communication with an audience).
Sedangkan Charles Bonar Sirait
(2010:26) mendefinisikan public speaking sebagai
kombinasi antara pengalaman, kemampuan
diri, manajemen, serta seni dalam berbicara di depan umum. Bahkan Ruli
Tobing mengartikan public speaking secara
lebih luas yaitu rangkaian cara berpikir yang didasarkan dari pengumpulan
seluruh talenta manusia atas pengalaman masa lalu, masa sekarang, serta masa yang
akan datang dan dipadukan dengan etika, pola perilaku, ilmu pengetahuan,
teknologi, budaya, analisis keadaan, dan faktor lainnya.
Nah, dari beberapa definisi
tersebut dapat disimpulin kalo public
speaking adalah seni berbicara di depan publik tentang suatu topik dengan
tujuan memberi informasi, memengaruhi, dan mengubah opini. “Every one can talk, but
not any one can speak”. Setiap orang
emang bisa bicara, tetapi tidak semua orang bisa ngomong di hadapan orang
banyak. Berbicara dalam kehidupan keseharian sangatlah mudah, tetapi tidak
semudah berbicara dengan lugas, jelas, dan tepat sasaran di hadapan publik.
Berbicara di depan publik saat
ini emang udah jadi kebutuhan semua orang karena tulisan saja tak cukup kuat
untuk berkata-kata. Maka kemampuan berbicara menjadi sangat penting karena ia
dapat menguatkan arti dari sebuah tulisan. Dia juga dapat memperkuat sebuah
maksud dan tujuan karena sifat berbicara di depan publik ini adalah keterampilan yang dinamis.
Public speaking adalah aktivitas yang sangat dekat dengan perubahan.
Melalui public speaking kita dapat
mengetahui pemikiran konseptual dari seseorang atau gagasan masa depan
seseorang beserta ide-ide luar biasanya loh. Semakin modern, manusia akan semakin sadar bahwa kecepatan dan
kecanggihan sebuah produk atau jasa menjadi hal yang biasa saja. Itu semua
sangat berhubungan dengan perubahan definisi public speaking itu sendiri yaitu rangkaian cara berpikir yang
didasarkan dari pengumpulan seluruh talenta manusia atas pengalaman masa lalu
masa sekarang serta masa yang akan datang. Juga dipadukan dengan etika pola
perilaku ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya, analisis keadaan, dan faktor
lainnya dalam bentuk kalimat atau ucapan yang mengandung makna strategi
komunikasi dibaliknya untuk mencapai tujuan tertentu
Jadi, public speaking adalah aktivitas menyeberangkan pesan dengan baik
dari diri kita pihak lain. Hal mendasar yang perlu dimiliki yaitu tindakan yang
konkret atau tidak muluk-muluk untuk belajar ilmu tentang public speaking, latihan secara konsisten, dan terjun langsung ke lapangan berbicara atau
tampil di depan publik. Kalau kamu merasa takut, latih diri kamu untuk
ngurangin rasa takut itu supaya ia tidak membunuh keberanian kamu. Jangan
biarkan rasa takut ini mempengaruhi kepercayaan diri kamu dalam berbicara. Khawatir
dan takut itu adalah hal yang wajar karena kita semua pasti memiliki rasa takut.
Namun, jangan sampai kekhawatiran atau
ketakutan ini mematikan kemampuan berbicara kita untuk tampil di depan umum. Apalagi
kita sudah menyiapkannya sedemikian rupa maka kita perlu memotivasi diri dan
memperbaiki kelemahan diri sendiri.
Public speaking sendiri adalah sebuah aktivitas yang memerlukan
kemampuan kamu agar bisa membaca data dan fakta yang melatarbelakanginya. Berbicara
di depan public maka kamu sebagai pembicara harus mengetahui apa saja faktor-faktor
yang memengaruhi mengapa kamu menyampaikan suatu materi, kapan akan
disampaikan, dan mengapa kamu nyampein materi tersebut, serta apa tujuan akhir dari
penyampaian materi public speaking kamu. Kalo
kamu bicara tanpa data dan hanya memakai pengalaman atau fakta saja tentunya
topik kamu akan terasa kurang gregetnya. Pembicaraan itu menjadi tidak berguna
alias kurang bertaji atau kurang tajam.
Teori public speaking yang
dikembangkan oleh para ilmuwan memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu yang
akan terus disempurnakan seiring dengan perkembangan pengetahuan, riset,
evaluasi dan lain sebagainya yang bisa dilakukan oleh para ilmuwan secara
bebas. Beberapa kelebihan teori public speaking yang telah ada
antara lain telah mampu menggambarkan elemen-elemen dalam komunikasi publik
secara lengkap, mampu menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka
melakukan komunikasi publik, dan lain sebagainya.
Hanya saja teori public
speaking pada umumnya tidak berbicara tentang bagaimana
melakukan public speaking dengan tenang, mengatasi grogi, dan
lain sebagainya dan oleh karena itulah banyak dilakukan penelitian dan
observasi tentang bagaimana seseorang dapat melakukan komunikasi publik dengan
menarik, terlihat tenang atau menguasai, dan lain sebagainya.
MENGAPA HARUS BELAJAR PUBLIC SPEAKING
MENGAPA HARUS BELAJAR PUBLIC SPEAKING?
(RAHMAN)
Kamu tahu nggak kalo
salah satu hal yang paling ditakuti dalam kehidupan ini adalah apa hayo? Bisa
nebak nggak? Nggak punya uang atau dapat nilai jelek? Ternyata bukan itu loh! Ternyata,
oh, ternyata bicara di depan banyak oranglah yang dianggap paling menakutkan.
Gimana dengan kamu? Kamu ngerasa nggak?
Yoi, bicara di depan
publik bagi sebagian orang emang nggak enak. Rasanya tuh bikin bulu kuduk
berdiri kayak nonton film horor. Menegangkan dan menakutkan. Weleh-weleh,
sampai segitunya yah. Tapi emang benar sih, kalo udah tampil di depan
seakan-akan seluruh mata hadirin lagi menghakimi kita. Kayak terdakwa di meja
hijau gitu.
So,
mau nggak mau. Suka nggak suka kamu bakalan kena giliran tampil di depan. Entah
itu membacakan puisi, hasil kerja kelompok, nyanyi, menari, pidato untuk
pengambilan nilai Bahasa Indonesia, atau malahan maju ke depan karena di hukum
guru.
Sebelum ngulik lebih
jauh tentang public speaking, yuk, kita
ngobrol dulu tentang komunikasi secara umum. Yang namanya komunikasi akan
berlangsung kalo ada proses membuat pesan yang setara antar dua orang atau
lebih. Artinya, kalo kamu ingin berkomunikasi dengan baik kamu kudu nyampein
pesannya dengan bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman, dan latar belakang budaya pendengar kita.
Supaya komunikasi kamu
berjalan lancar, kamu harus tahu nih lima kaidah komunikasi efektif yang
disingkat menjadi REACH (Respect,
Empathy, Audible, Clarity, dan Humble)
yang artinya merengkuh atau meraih. Kenapa disebut demikian? Karena komunikasi
pada dasarnya adalah upaya bagaimana meraih perhatian, cinta, minat,
kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif orang lain.
Pertama, Respect artinya sikap hormat dan
menghargai saat berkomunikasi dengan orang lain, termasuk berbicara di depan
umum. Karena pada dasarnya semua orang pasti ingin dihargai dan dianggap
penting. Kalo muka kamu judes dan omongan suka nyelekit gak bakalan ada deh
yang mau dengerin omongan kamu.
Kedua, Empathy. Yaitu kemampuan untuk
menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Kita
tuh jadinya pribadi yang siap mendengar dan siap menerima masukan atau umpan
balik apa pun dengan sikap positif.
Ketiga, Audible. Yaitu dapat didengarkan atau
dimengerti dengan baik. Biasanya nih pakai media audio visual supaya lebih
mudah untuk memahami pesan yang ingin disampaikan.
Keempat, Clarity. Yaitu kejelasan dari pesan yang
disampaikan sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berlainan.
Seringkali orang menganggap remeh pentingnya clarity dalam public
speaking, sehingga tidak menaruh perhatian pada suara dan kata-kata yang
dipilih untuk digunakan dalam public
speakingnya.
Kelima, Humble. Arrtinya sikap rendah hati. Kita
tuh jangan sampe deh ngerasa sombong karena merasa udah ahli atau menganggap
diri kamu penting ketika berbicara di depan publik. Justru dengan kerendahan
hatilah, kamu dapat nangkap perhatian dan respon positif dari pendengar.
Perlu kamu pahami juga
kalo kapasitas penerimaan indra manusia, yaitu pendengaran 11% dan 75% visual. Untuk
mendukung indra visual lewat mata maka kamu perlu bantuan media (podcast, video, televisi, laptop,dan
lainnya). Media ini hanya sarana loh ya, bukan suatu tujuan, karena dalam berkomunikasi tetep aja harus menggunakan kata
dan frasa. Seingkali yang mampu menghipnotis pendengar itu bukan apa yang
dikatakan oleh kamu. Melainkan apa yang dikatakan lewat ekspresi wajah dan
bahasa tubuh yang mampu memengaruhi pendengarnya.
Kalo menurut ilmu
komunikasi, isi pembicaraan sedikitnya memiliki satu dari tiga tujuan berikut,
yaitu memberi infomasi, menghibur, dan membujuk (meyakinkan) pendengar.
Maksudnya gini ya, kalo kita ngasih informasi berarti ada hasil yang akan
didapat pendengar. Entah itu pengetahuan baru, informasi terkini, atau sesuatu
yang berguna bagi pendengar. Kalau hiburan biasanya bersifat nyenengin kayak stand up comedy atau ngelawak gitu.
Sedangkan membujuk biasanya pengen memengaruhi atau meyakinkan pendengar agar
ada perubahan pola pikir atau perubahan sikap setelah mendengar apa yang kamu
omongin ke mereka.
Dalam ilmu komunikasi
sendiri, kalo kita ngomong di depan umum alias public speaking maka akan ada kaitannya dengan keterampilan atau
keahlian dalam melakukan presentasi. Makanya kita kudu rajin berlatih untuk
meningkatkan kemampuan berbicara dalam public
speaking khususnya presentasi.
Kuy, kita cari tau dulu
apa itu presentasi ya. Presentasi itu komunikasi lisan yang disampaikan secara
formal. Beda ya sama kamu ngobrol heboh atau ngegibah sama teman se geng. Pernah
ngerasa nggak kalo kamu betah berlama-lama ngobrol ampe berbusa-busa tapi
ketika diminta presentasi dua atau tiga menit aja mulut kamu langsung bungkam
seribu bahasa. Diminta bikin pertanyaan, menanggapi omongan teman yang lagi
presentasi, atau ngeluarin pendapat berdasarkan hal yang kamu yakini bikin kamu
mules-mules dan bibir kamu terkunci rapat saking kagoknya bingung mau ngomong
apa.
Du.. du.. du.. sengsara
amat yak kalo kamu belum ngilmu tentang public
speaking. Yah, minimal tau banyaklah tentang serba-serbi presentasi. Makanya
dijamin nggak rugi deh kamu belajar ilmu public
speaking ini. Dijamin kamu bakalan dapet ilmu sejibun kalo mampu nuntasin
baca buku ini ampe abis. Jangan lupa juga dipraktekin ya, Sob. Lah ngapain juga selusin baca buku tentang public speaking kalo malas dipraktekin.
Ya, percuma dong ah.
Ok, kita lanjut lagi
yah. Yang namnya presentasi entuh bentuknya macam-macam. Presentasi bisa berupa
laporan tugas pengamatan atau kunjungan, penjelasan dari proyek atau penugasan
yang udah kamu kerjain di rumah, laporan wawancara, laporan hasil rapat OSIS
atau hasil rapat ekskul, seminar mini, bedah buku, bereksperimen, atau tutorial
membuat sesuatu.
Menurut Macnamara
(1998), presentasi itu ciri khasnya ngegunain sarana pendukung. Sebut aja kayak
media audio visual dan berbagai teknik penyampaian pesan seperti demonstrasi,
drama, kuis, dan lainnya sehingga presentasi kamu lebih menarik dan mampu
mempengaruhi gitu loh.
Keterbatasan softskill bukanlah
alasan bagi seseorang untuk tidak mampu terampil berbiacara di depan orang
banyak. Ketidakpercayaan diri itu dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang
mempersiapkan dirinya untuk tampil di depan publik, baik dari segi topik
pembicaraan, fisik, maupun mental.
Permasalahan lain yang
sering dialami yaitu kurangnya penguasaan materi yang akan disampaikan. Seorang
pembicara selalu berharap mendapatkan banyak dukungan terhadap pendapat dan
materi yang akan ia sampaikan. Akan tetapi, sebagian besar orang cenderung
merasa rendah diri terhadap permasalahan ini. Khususnya ketika ia membandingkan
dirinya dengan tingkat status, nilai, penampilan, penghasilan, atau kecerdasan
dari calon pendengar yang akan dihadapinya. Secara langsung hal ini akan
menyebabkan stress tersendiri. Maka dari itu, dibutuhkanlah sebuah kekuatan
dari dalam diri individu untuk selalu berpikir positif. Potensi-potensi yang
ada pada diri mereka hanya butuh ditampilkan.
Nah supaya presentasi
kamu sukses dan gak bakalan malu-maluin kamu kudu nyiapin dengan matang. Ibarat
kayak kita nyiapin proyek selama berminggu-minggu. Eh, ketika tampil nyampein
laporannya paling cuma beberapa menit doang. Uncle Abraham Lincoln aja
pernah ngomong gini, “Jika saya memiliki
delapan jam untuk ngerobohin sebatang pohon. Maka saya akan ngabisin enam jam untuk
mengasah kapak”. Tuh, dahsyat bangetkan yang namanya persiapan itu.
Kalo kamu udah nyiapin
dengan cermat dan penuh perhitungan, kamu bakalan terhindar dari yang namanya
demam panggung. Kalo udah demam panggung, sehebat apapun hafalan kamu, sefasih
apapun kamu bicara saat latihan, ya bakalan ancur dah penampilan kamu. Gak ada
manis-manisnya diliat. Sepet, pahit, dan bikin ilfill para pendengar. Jangan harap bakalan dikasih tepuk tangan
meriah atau pujian melimpah ruah kalo kamu emang belum siap tampil untuk
ngomong.
Kamu tahu Antoni Dio
Martin, Merry Riana, atau Najwa Shihab?
Siapa sih yang nggak kenal ama mereka. Yes,
para public speaker alias pembicara,
trainer, motivator, fluencer, inspirator
atau apapun namanya banyak banget bertebaran. Hal ini menandakan kalo skill public speaking itu sangat
bermanfaat. Tengok aja ke instagram atau youtube
banyak bangetkan video para pembicara yang makin hari makin banyak diminati.
Hal ini menandakan kalo kamu sukses jadi pembicara di masa depan hidupmu bakalan
mudah deh.
Makanya jangan
buru-buru nganggap kalo bicara di depan umum itu sulit dan menakutkan. Gampang
kok! Asal tau caranya. Yang penting diakrabin dulu tuh yang namanya seni berbicara
di depan umum. Emang bener kalo ngomong di depan orang banyak itu njelimet.
Namun, hal ini jangan menjadi batu sandungan buatmu untuk terus belajar.
Nah, kemampuan
berbicara di depan umum ini bisa dibilang adalah seni. Yang namanya seni
berarti kamu harus ngelakuinnya dengan penuh perasaan. Harus terus diasah tuh
kemampuan bicara kamu supaya makin terampil. Bukan sekadar nyomot materi dari
buku trus disulam dengan kata-kata pemikat hati. Resapi setiap lekuk kata yang
akan kamu sampaikan. Nah, kalo sudah begitu kamu siap tampil deh. Rasa takut yang
nyangkut di dalam sukma gak bakalan hadir deh kalo kamu udah percaya diri
ngomong di depan umum.
Jangan terlalu mikirin
pendapat orang lain. Because we can’t
make everybody happy. Karena saat kamu berhadapan dengan sekumpulan orang,
entah itu teman-teman kamu atau orang lain, kamu akan ngadepin cara pikir orang
yang berbeda-beda.Tidak semua yang kamu sampein bakalan disetujui oleh seluruh
pendengar. Kamu jangan terlalu mikirin itu deh ya. Fokus pada apa yang kamu mau
bagi dan inspirasikan ke pendengar dari lubuk hatimu yang paling tulus. So, just do it and keep on going! Maju
terus pantang mundur. Maju untuk selalu belajar dan nambah amunisi kamu dalam
mencari ilmu tentang teknik bicara di depan umum. Buang jauh-jauh rasa malu dan
minder kalo kamu mau berhasil. Tetap semangat walau badai menghadang.