MENGAPA HARUS BELAJAR PUBLIC SPEAKING?
(RAHMAN)
Kamu tahu nggak kalo
salah satu hal yang paling ditakuti dalam kehidupan ini adalah apa hayo? Bisa
nebak nggak? Nggak punya uang atau dapat nilai jelek? Ternyata bukan itu loh! Ternyata,
oh, ternyata bicara di depan banyak oranglah yang dianggap paling menakutkan.
Gimana dengan kamu? Kamu ngerasa nggak?
Yoi, bicara di depan
publik bagi sebagian orang emang nggak enak. Rasanya tuh bikin bulu kuduk
berdiri kayak nonton film horor. Menegangkan dan menakutkan. Weleh-weleh,
sampai segitunya yah. Tapi emang benar sih, kalo udah tampil di depan
seakan-akan seluruh mata hadirin lagi menghakimi kita. Kayak terdakwa di meja
hijau gitu.
So,
mau nggak mau. Suka nggak suka kamu bakalan kena giliran tampil di depan. Entah
itu membacakan puisi, hasil kerja kelompok, nyanyi, menari, pidato untuk
pengambilan nilai Bahasa Indonesia, atau malahan maju ke depan karena di hukum
guru.
Sebelum ngulik lebih
jauh tentang public speaking, yuk, kita
ngobrol dulu tentang komunikasi secara umum. Yang namanya komunikasi akan
berlangsung kalo ada proses membuat pesan yang setara antar dua orang atau
lebih. Artinya, kalo kamu ingin berkomunikasi dengan baik kamu kudu nyampein
pesannya dengan bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman, dan latar belakang budaya pendengar kita.
Supaya komunikasi kamu
berjalan lancar, kamu harus tahu nih lima kaidah komunikasi efektif yang
disingkat menjadi REACH (Respect,
Empathy, Audible, Clarity, dan Humble)
yang artinya merengkuh atau meraih. Kenapa disebut demikian? Karena komunikasi
pada dasarnya adalah upaya bagaimana meraih perhatian, cinta, minat,
kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif orang lain.
Pertama, Respect artinya sikap hormat dan
menghargai saat berkomunikasi dengan orang lain, termasuk berbicara di depan
umum. Karena pada dasarnya semua orang pasti ingin dihargai dan dianggap
penting. Kalo muka kamu judes dan omongan suka nyelekit gak bakalan ada deh
yang mau dengerin omongan kamu.
Kedua, Empathy. Yaitu kemampuan untuk
menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Kita
tuh jadinya pribadi yang siap mendengar dan siap menerima masukan atau umpan
balik apa pun dengan sikap positif.
Ketiga, Audible. Yaitu dapat didengarkan atau
dimengerti dengan baik. Biasanya nih pakai media audio visual supaya lebih
mudah untuk memahami pesan yang ingin disampaikan.
Keempat, Clarity. Yaitu kejelasan dari pesan yang
disampaikan sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berlainan.
Seringkali orang menganggap remeh pentingnya clarity dalam public
speaking, sehingga tidak menaruh perhatian pada suara dan kata-kata yang
dipilih untuk digunakan dalam public
speakingnya.
Kelima, Humble. Arrtinya sikap rendah hati. Kita
tuh jangan sampe deh ngerasa sombong karena merasa udah ahli atau menganggap
diri kamu penting ketika berbicara di depan publik. Justru dengan kerendahan
hatilah, kamu dapat nangkap perhatian dan respon positif dari pendengar.
Perlu kamu pahami juga
kalo kapasitas penerimaan indra manusia, yaitu pendengaran 11% dan 75% visual. Untuk
mendukung indra visual lewat mata maka kamu perlu bantuan media (podcast, video, televisi, laptop,dan
lainnya). Media ini hanya sarana loh ya, bukan suatu tujuan, karena dalam berkomunikasi tetep aja harus menggunakan kata
dan frasa. Seingkali yang mampu menghipnotis pendengar itu bukan apa yang
dikatakan oleh kamu. Melainkan apa yang dikatakan lewat ekspresi wajah dan
bahasa tubuh yang mampu memengaruhi pendengarnya.
Kalo menurut ilmu
komunikasi, isi pembicaraan sedikitnya memiliki satu dari tiga tujuan berikut,
yaitu memberi infomasi, menghibur, dan membujuk (meyakinkan) pendengar.
Maksudnya gini ya, kalo kita ngasih informasi berarti ada hasil yang akan
didapat pendengar. Entah itu pengetahuan baru, informasi terkini, atau sesuatu
yang berguna bagi pendengar. Kalau hiburan biasanya bersifat nyenengin kayak stand up comedy atau ngelawak gitu.
Sedangkan membujuk biasanya pengen memengaruhi atau meyakinkan pendengar agar
ada perubahan pola pikir atau perubahan sikap setelah mendengar apa yang kamu
omongin ke mereka.
Dalam ilmu komunikasi
sendiri, kalo kita ngomong di depan umum alias public speaking maka akan ada kaitannya dengan keterampilan atau
keahlian dalam melakukan presentasi. Makanya kita kudu rajin berlatih untuk
meningkatkan kemampuan berbicara dalam public
speaking khususnya presentasi.
Kuy, kita cari tau dulu
apa itu presentasi ya. Presentasi itu komunikasi lisan yang disampaikan secara
formal. Beda ya sama kamu ngobrol heboh atau ngegibah sama teman se geng. Pernah
ngerasa nggak kalo kamu betah berlama-lama ngobrol ampe berbusa-busa tapi
ketika diminta presentasi dua atau tiga menit aja mulut kamu langsung bungkam
seribu bahasa. Diminta bikin pertanyaan, menanggapi omongan teman yang lagi
presentasi, atau ngeluarin pendapat berdasarkan hal yang kamu yakini bikin kamu
mules-mules dan bibir kamu terkunci rapat saking kagoknya bingung mau ngomong
apa.
Du.. du.. du.. sengsara
amat yak kalo kamu belum ngilmu tentang public
speaking. Yah, minimal tau banyaklah tentang serba-serbi presentasi. Makanya
dijamin nggak rugi deh kamu belajar ilmu public
speaking ini. Dijamin kamu bakalan dapet ilmu sejibun kalo mampu nuntasin
baca buku ini ampe abis. Jangan lupa juga dipraktekin ya, Sob. Lah ngapain juga selusin baca buku tentang public speaking kalo malas dipraktekin.
Ya, percuma dong ah.
Ok, kita lanjut lagi
yah. Yang namnya presentasi entuh bentuknya macam-macam. Presentasi bisa berupa
laporan tugas pengamatan atau kunjungan, penjelasan dari proyek atau penugasan
yang udah kamu kerjain di rumah, laporan wawancara, laporan hasil rapat OSIS
atau hasil rapat ekskul, seminar mini, bedah buku, bereksperimen, atau tutorial
membuat sesuatu.
Menurut Macnamara
(1998), presentasi itu ciri khasnya ngegunain sarana pendukung. Sebut aja kayak
media audio visual dan berbagai teknik penyampaian pesan seperti demonstrasi,
drama, kuis, dan lainnya sehingga presentasi kamu lebih menarik dan mampu
mempengaruhi gitu loh.
Keterbatasan softskill bukanlah
alasan bagi seseorang untuk tidak mampu terampil berbiacara di depan orang
banyak. Ketidakpercayaan diri itu dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang
mempersiapkan dirinya untuk tampil di depan publik, baik dari segi topik
pembicaraan, fisik, maupun mental.
Permasalahan lain yang
sering dialami yaitu kurangnya penguasaan materi yang akan disampaikan. Seorang
pembicara selalu berharap mendapatkan banyak dukungan terhadap pendapat dan
materi yang akan ia sampaikan. Akan tetapi, sebagian besar orang cenderung
merasa rendah diri terhadap permasalahan ini. Khususnya ketika ia membandingkan
dirinya dengan tingkat status, nilai, penampilan, penghasilan, atau kecerdasan
dari calon pendengar yang akan dihadapinya. Secara langsung hal ini akan
menyebabkan stress tersendiri. Maka dari itu, dibutuhkanlah sebuah kekuatan
dari dalam diri individu untuk selalu berpikir positif. Potensi-potensi yang
ada pada diri mereka hanya butuh ditampilkan.
Nah supaya presentasi
kamu sukses dan gak bakalan malu-maluin kamu kudu nyiapin dengan matang. Ibarat
kayak kita nyiapin proyek selama berminggu-minggu. Eh, ketika tampil nyampein
laporannya paling cuma beberapa menit doang. Uncle Abraham Lincoln aja
pernah ngomong gini, “Jika saya memiliki
delapan jam untuk ngerobohin sebatang pohon. Maka saya akan ngabisin enam jam untuk
mengasah kapak”. Tuh, dahsyat bangetkan yang namanya persiapan itu.
Kalo kamu udah nyiapin
dengan cermat dan penuh perhitungan, kamu bakalan terhindar dari yang namanya
demam panggung. Kalo udah demam panggung, sehebat apapun hafalan kamu, sefasih
apapun kamu bicara saat latihan, ya bakalan ancur dah penampilan kamu. Gak ada
manis-manisnya diliat. Sepet, pahit, dan bikin ilfill para pendengar. Jangan harap bakalan dikasih tepuk tangan
meriah atau pujian melimpah ruah kalo kamu emang belum siap tampil untuk
ngomong.
Kamu tahu Antoni Dio
Martin, Merry Riana, atau Najwa Shihab?
Siapa sih yang nggak kenal ama mereka. Yes,
para public speaker alias pembicara,
trainer, motivator, fluencer, inspirator
atau apapun namanya banyak banget bertebaran. Hal ini menandakan kalo skill public speaking itu sangat
bermanfaat. Tengok aja ke instagram atau youtube
banyak bangetkan video para pembicara yang makin hari makin banyak diminati.
Hal ini menandakan kalo kamu sukses jadi pembicara di masa depan hidupmu bakalan
mudah deh.
Makanya jangan
buru-buru nganggap kalo bicara di depan umum itu sulit dan menakutkan. Gampang
kok! Asal tau caranya. Yang penting diakrabin dulu tuh yang namanya seni berbicara
di depan umum. Emang bener kalo ngomong di depan orang banyak itu njelimet.
Namun, hal ini jangan menjadi batu sandungan buatmu untuk terus belajar.
Nah, kemampuan
berbicara di depan umum ini bisa dibilang adalah seni. Yang namanya seni
berarti kamu harus ngelakuinnya dengan penuh perasaan. Harus terus diasah tuh
kemampuan bicara kamu supaya makin terampil. Bukan sekadar nyomot materi dari
buku trus disulam dengan kata-kata pemikat hati. Resapi setiap lekuk kata yang
akan kamu sampaikan. Nah, kalo sudah begitu kamu siap tampil deh. Rasa takut yang
nyangkut di dalam sukma gak bakalan hadir deh kalo kamu udah percaya diri
ngomong di depan umum.
Jangan terlalu mikirin
pendapat orang lain. Because we can’t
make everybody happy. Karena saat kamu berhadapan dengan sekumpulan orang,
entah itu teman-teman kamu atau orang lain, kamu akan ngadepin cara pikir orang
yang berbeda-beda.Tidak semua yang kamu sampein bakalan disetujui oleh seluruh
pendengar. Kamu jangan terlalu mikirin itu deh ya. Fokus pada apa yang kamu mau
bagi dan inspirasikan ke pendengar dari lubuk hatimu yang paling tulus. So, just do it and keep on going! Maju
terus pantang mundur. Maju untuk selalu belajar dan nambah amunisi kamu dalam
mencari ilmu tentang teknik bicara di depan umum. Buang jauh-jauh rasa malu dan
minder kalo kamu mau berhasil. Tetap semangat walau badai menghadang.
No comments:
Post a Comment