Forum Lingkar Pena (FLP) Adalah Sebuah Wadah Komunitas Para Penulis. Di Sini Para Penulis Berkumpul, Saling Berbagi dan Menebar Semangat.

Kamu Bener, Tapi Ga Gitu Caranya!

 


 Kamu Bener, Tapi Ga Gitu Caranya!


(Raida Fitriani)





Ada ga’ sih temen atau orang di sekitar kamu yang kalo ngomong tuh “jujur” banget. Pokoknya yang dia bilang itu bukan basa-basi, fakta dan nyata. Seneng ga’ sih kalo kita bisa ketemu orang begini?

Dalam hubungan antar manusia, ada sikap dan reaksi yang sebenarnya harus diperhatikan dalam interaksi sosial. Saat kita berbaur dengan orang lainnya, ada kalanya kita menahan diri untuk tidak menjadi diri kita sendiri, saat seperti sedang sendirian. Paham ga? Dalam masyarakat, kita akan bertemu dengan karakter yang heterogen, jadi kita ga’ bisa seenaknya bersikap ala kita. Kok gitu? Ya iya, kita harus bisa melihat lingkungan dan orang macam apa yang sedang berinteraksi dengan kita.

Misal, kita orangnya ceplas-ceplos, kadang suka pake kata yang sebenarnya buat orang lain tuh, risih, ga’ nyaman. Nah, saat kita lagi berbaur, adaptasikan diri kita biar ga kebablasan. Pilih kata-kata yang lebih enak didengar dan mudah dicerna sama mereka. Kembali ke soal “jujur” tadi ya, kita orangnya blak-blakan, ga’ suka nyindir tapi langsung tembak. Alasannya apa? Ya karena kita emang ga’ mau ngomongin orang di belakang, ngapain? Langsung todong aja, biar cepat kelar masalahnya. Iya sih, cepat kelar, tapi yakin ga’ bakalan ada buntutnya?

“Aku ngomong bener, itu fakta. Kamunya aja baperan. Terima kenyataan dong ,”

Nah lo, pernah dapat kalimat itu ga’? Gimana perasaan kamu? Sakit? Nyesek? Atau justru lega, karna jarang lo ada orang yang biarpun omongannya nyelekit, tapi langsung bikin khilaf kita ambyar. Kalo kamu tipe orang terakhir, bersyukurlah karena Tuhan kasih kamu kelapangan hati yang luas. Tapi tunggu, jangan lantas bilang kalo tipe lainnya itu lemah, kurang iman, pikirannya dangkal, dan sebagainya. Kamu tidak bisa menghakimi hati dan perasaan orang lain. Kamu mungkin kuat, bisa langsung menerima. Tapi proses penerimaan ke hati seseorang itu beda-beda. Ga’ bisa kamu samain durasinya.

Fir’aun aja, yang kafir dan ngaku sebagai Tuhan, ketika Nabi Musa as dan Nabi Harun as diutus sama Allah, mereka dikasih perintah apa? Kalo ngomong sama Fir’aun itu lemah lembut ya, kasih pencerahan dulu. Jangan langsung ditunjuk sebagai seorang pendosa, terus dicaci-maki dan disumpahin dapat azab. Supaya apa? Kali aja hatinya Fir’aun masih ada celah buat dapat hidayah. Nah kita, mau sejahat apapun orang lain, ga’ bisa bikin kita punya hak untuk langsung menjatuhkannya. Iya, dia salah. Iya, tindakannya buruk. Iya, orangnya bikin kesal. Tapi mereka juga berhak untuk dapat perlakuan dan kata-kata yang baik dari kita. Iya bener, obat itu pahit, tapi bikin sembuh. Tapi ada juga kan obat yang manis, yang juga bikin kita sembuh, walaupun efeknya lebih lambat.

Terus, kita kudu ngapain dong? Bohong? Apa nge-gombal dulu? Ya ga’ lah, kalo kita mau nunjukin kesalahan orang, atau teman, pake cara yang lebih baik diantara yang terbaik. Pastikan yang bakal kita omongin ga’ menyinggung perasaannya, atau justru nyakitin. Kita dikasih otak sama akal, tentu salah satunya buat itu, kan? Kecuali kalo kita udah ga’ punya hati sama perasaan. Kalo dia ga’ mudeng? Ya coba aja lagi, ibarat obat, ada dosisnya. kalo udah parah banget, baru kita bisa mulai mikir untuk pakai cara yang lebih ekstrem. Dan itu adalah pilihan bener-bener pilihan terakhir.

Karna Tuhan tidak menciptakan manusia yang sama dengan lainnya. Untuk apa? Biar kita saling belajar, mengenal dan memahami. Agar kita bisa menjadi obat, dan diobati oleh yang lainnya. Jangan jadi manusia yang egois. Kamu emang bener, tapi kalo pada akhirnya nyakitin hati orang, apa yang kamu dapat? Iya, kamu puas, dan mungkin juga ga’ ada beban. Tapi ending-nya? Dibenci iya, ditinggalin juga iya. Tanpa kamu sadari, kamu udah sendirian.

Share:

No comments:

Post a Comment

Most Recent

3/recent/post-list

Popular Posts

Labels

Recent Posts

Kata Kata Bijak

  • Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.
  • Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
  • Pramoedya Ananta Toer

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.