Forum Lingkar Pena (FLP) Adalah Sebuah Wadah Komunitas Para Penulis. Di Sini Para Penulis Berkumpul, Saling Berbagi dan Menebar Semangat.

Sejarah Berdirinya FLP Wilayah Kalimantan Selatan


Keanggotaan FLP di Kalimantan Selatan (semula bernama FLP Banjarmasin) secara resmi terbentuk saat momen kedatangan Asma Nadia ke Banjarmasin dalam Peluncuran Buku “Ketika Duka Tersenyum” 17 Februari 2002 di Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang diadakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PII). Saat itu Asma Nadia mencetuskan ide perekrutan anggota FLP di acara tersebut. Kebetulan panitia acara tersebut ada yang berteman dengan teman-teman Kak Nailiya Nikmah di FLP. Mereka tidak keberatan acara Peluncuran Buku Ketika Duka Tersenyum disisipi agenda perekrutan calon anggota FLP. 
13 Juli 2001 sesuai yang tertulis didisket, rumah Kak Nailiya Nikmah didatangi Mas Bahtiar HS. Beliau memberi satu disket berkaitan dengan FLP. beliau meminta Kak Nailiya Nikmah  mengaktifkan FLP di Kalsel, setidaknya Banjarmasin. Kak Nailiya Nikmah sempat beberapa kali mengadakan pertemuan dengan teman-teman untuk koordinasi dalam hal ini.
Dari sinilah kepengurusan FLP di Banjarmasin atau Kalsel yang lebih rapi terbentuk. Tahap berikutnya adalah Diklat FLP Banjarmasin. Karena Kak Nailiya Nikmah kuliah di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, beliau lebih mudah mencari pemateri Diklat di bidang Sastra. 
Juli 2002, FLP mengadakan Silaturrahmi Nasional (SilNas) I bertempat di Kuningan Jakarta. Kak Nailiya Nikmah bertekad akan mengirim utusan ke Jakarta. Setelah dirapatkan, diputuskan ada 4 orang yang berangkat. 2 laki-laki, yaitu Khairani dan Saiful; 2 perempuan, yaitu beliau sendiri dan Irva. Waktu itu tiket pesawat masih mahal. Dana hasil sebar proposal tidak terlalu banyak (terima kasih teman-teman yang rela bersusah payah mencari dana), mereka pun harus merogoh saku pribadi alias minta dengan orang tua secukupnya. Tidak mungkin bisa berangkat menggunakan pesawat terbang, demikian cerita Kak Nailiya Nikmah yang diceritakan kembali oleh Ustaz Khairani
Bertempat di Jalan Flamboyan III RT 42 No.2A (seterusnya menjadi alamat sekretariat FLP Kalimantan Selatan), terpilih sebagai Ketua yaitu Khairani, Sekretaris Yuliati Puspita Sari, Bendahara Heny Arisandi. Selain itu terdapat nama-nama lain sebagai pengurus beberapa divisi di antaranya Nailiya Nikmah, Nailiya Noor Azizah, Henny A, Siti Khadijah, Irva Sri Mulyati, Wahyu Fitriani, Heldy, Saiful Nazar, Rahmah Fitiah, Rahma Yanti, Supiah, Norlaili Nahrawati, Ratna, Sri Wahyu Nengsih, M. Nazli, dan Zain Arifudinnoor.
 Berbagai faktor kemudian membuat FLP Banjarmasin mati suri. Dalam masa kevakuman tersebut sempat terdengar kabar nama FLP dipakai oleh kelompok-kelompok lain namun tidak terdaftar di pusat. Sekitar 2007, FLP Banjarmasin bangkit kembali dengan pembenahan di sana-sini, salah satunya berubah nama menjadi FLP Wilayah Kalimantan Selatan dengan dua cabang di bawahnya, yaitu FLP Cabang Banjarbaru dan FLP Cabang Banjarmasin.
Di bawah kepemimpinan Nailiya Noor Azizah, FLP Wilayah Kalimantan Selatan merintis cabang baru, yaitu FLP Cabang Amuntai dan FLP Cabang Barabai. Tiap cabang pun berusaha mengadakan pembinaan terhadap anggotanya. Pembinaan terhadap anggota merupakan salah satu agenda wajib dalam alur kaderisasi FLP dan merupakan hak anggota. 
Dalam masa kepengurusan tersebut, 2 cabang baru terbentuk, yaitu FLP Cabang Amuntai dan FLP Cabang Barabai. Kami mengunjungi kota-kota tersebut dalam rangkaian acara FLP goes to School sekaligus pelantikan pengurus cabang. Dengan FLP Banjarmasin dan FLP Banjarbaru, maka total ada 4 Cabang FLP di lingkup Wilayah Kalimantan Selatan.
"Sebenarnya FLP Barabai ada sejak 2000an (persisnya ada pengumuman pembentukan FLP se Indonesia dari Mbak HTR di majalah Annida bareng Banjarmasin. Namun, dulu belum ada cabang.  Tetapi namanya koordinator FLP, di Banjarmasin Nailiya Nikmah dan di Barabai Meldy/Masrus, karena saat itu teknologi belum secanggih sekarang untuk berkomunikasi pasti sangat jarang. Sehingga masih jalan masing-masing. Akhirnya yang terpublish memang di Banjarmasin saja. Di Barabai terhenti sejak Meldy kuliah di kedokteran. Akhirnya sesuai cerita Nailiya itu, Barabai dan Amuntai berdiri 2012 ketika mereka roadshow ke hulu sungai. Bukti otentiknya ada di majalah Annida, tutur Ustaz Khairani".
Menurut Ustaz Khairani, susunan Ketua FLP Wilayah Kalsel dari tahun ke tahun yaitu
-2007-2009 : Khairani
-2009-2011 : Khairani 
-2011-2013 : Nailiya Noor Azizah (Muswil sederhana di sekretariat/rumah Nailiya bersaudara) 
-2013-2015 : Saprudi
-2015-2017 : Saprudi 
-2017-2019 : M Ery Zulfian (sampai 2020 ternyata baru muswil)
-Dan sejak 2020 hingga sekarang diketuai oleh Rindang Yuliani.
Menurut Ustaz Khairani, Forum Lingkar Pena Cabang Banjarbaru termasuk dalam FLP   Wilayah  Kalimantan Selatan yang didirikan pada tanggal 15 Juni 2003. Pendirinya adalah Nurul       Asmayani.
Adapun Ketua FLP Cabang Banjarbaru dari masa ke masa:
-Nurul Asmayani: 2003-2004
-Aisyah Suwantini: 2004-2005
-Diah Perdana: 2005-2007
-Trini Duhita Lestari: 2007-2009
-Saprudi: 2009-2011
-Muhammad Ery Zulfian: 2011-2013
Menurut Ustaz Khairani, 17 Februari 2002 diadakan rekrutmen besar-besaran untuk FLP Banjarmasin di momen itu. Barabai msh aktif 2002 ini. Berarti cabang FLP itu Bjm, baru Brb, baru Bjb
Namun, Barabai 'mati suri' (bisa dikonfirmasi dengan Masruswian) sejak 2002 atau 2003 itu sepertinya saat Banjarbaru berdiri s.d 2012 (9 tahunan vakum) baru Ustazah ⁨Nunuy menjadi ketua FLP Barabai.
-Muswil 2011 muswil sederhana terpilih Nailiya Noor Azizah periode 2011-2013
-Muswil 2013 dihadiri Ali Muakhir (terpilih Saprudi periode 2013-2015)
-Muswil 2015 dihadiri Maimon H (terpilih Saprudi periode 2015-2017)
-Muswil 2017 dihadiri Nurul Asmayani (terpilih Saprudi periode 2017-2019)
Sedangkan cerita Kak Nailiya Nikmah, ada Forum Kepenulisan (FK) yang dilaksanakan secara berkala dengan materi yang terencana. FK diadakan di masing-masing cabang. Kegiatan lain yang pernah dilaksanakan oleh FLP di Kalimantan Selatan adalah Jumpa Tokoh (mengundang penulis Kal-Sel maupun luar Kal-Sel ke pertemuan FLP); Silaturrahim Sastrawan (mengunjungi sastrawan Kalimantan Selatan di kediamannya); FLP Goes to School (program khusus untuk anak sekolah)Bedah Karya Anggota FLPFLP Kalsel Peduli Pendidikan (program untuk Guru)Penerbitan Buku karya anggota FLP; Buka Puasa Bersama; Arisan Antologi; Aneka Lomba dan Seminar Kepenulisan; Advokasi Karya Penulis FLP; Kunjungan ke Media; Up Grading Wilayah; Menghadiri Undangan Kesusastraan serta Koordinasi FLP se-Jaringan Wilayah Kalimantan (Kalsel, Kaltim, Kalbar, Kalteng).

Referensi:

1. https://flp.or.id/profil/
2. http://www.nailiyanikmah.com/2013/02/esai-naiflp-dalam-kesusastraan.html
3. Wawancara dengan Ustaz Khairani

Share:

Refleksi Membangun Kebiasaan


Baru-baru ini aku bergabung dengan program Habit Hebat. Program ini merupakan  program membangun kebiasaan yang digagas oleh Coach Adi Wahyu Adji. Yang  sekarang kuikuti adalah batch ke 3. Semua orang yang ingin membangun kebiasaan  apapun itu bisa bergabung di sini. 

Program ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu membangun habit, menjaga habit, dan  mengabadikan habit. Saat aku menulis ini, aku sedang berada di tahapan menjaga  habit. Tebak habit apa yang ingin kubangun? 


  • Menulis minimal 500 kata setiap hari. 

Iya, meskipun terlihat sering menulis tapi sebenarnya ritme menulisku masih  tergantung mood banget. Jadi aku berazzam untuk merutinkannya agar aku lebih  produktif. 

Awalnya habit yang ingin kubangun memang seluas itu. Namun sekarang sudah mulai  mengerucut, setelah melalui beberapa proses pembiasaan. Nggak mudah euy,  bahkan untukku yang memang suka nulis. Sekarang, habit yang ingin kubangun lebih  spesifik. 

  • Ngeblog minimal 30 menit setiap hari. 

Mengapa kupilih kegiatan menulis blog dan bukannya menulis buku atau novel?  Karena untuk saat ini itu yang bisa aku kerjakan tanpa persiapan yang memakan  waktu. Untuk menulis sebuah buku non-fiksi atau novel, aku butuh outline matang  agar bisa lancar mengerjakannya. Dan bagiku itu butuh waktu tidak sebentar. 

Setelah habit ngeblog ini berjalan dengan abadi, mungkin next aku bakal  membangun kebiasaan menulis dua hal tersebut. Oya, kenapa juga redaksi yang  kutulis di atas adalah ‘ngeblog’ bukan ‘menulis blog’? Karena seperti yang umum  diketahui oleh para bloger, ngeblog itu bukan hanya tentang menulis draft. 

Ngeblog berarti rangkaian kegiatan mulai dari membuat draft, editing, menyiapkan  foto, publish sesuai SEO on page, share link blog di media sosial, blogwalking, utak atik template, dan lain-lain. Yang kusebutkan tadi merupakan tahapan-tahapan  minimal yang harus dikerjakan bloger, yang lebih high level lagi mah banyak.

Itu kenapa aku membuat patokan minimal 30 menit untuk menunjukkan target  terkecil yang kumiliki. Dalam 30 menit itu, apapun terkait dengan blogging di blog  pribadiku www.rindangyuliani.com harus kukerjakan. 

Mengapa aku tidak memfokuskan habit untuk menulis 500 kata sebagai draft  postingan blog? Karena aku belum punya waktu lain yang bisa kuluangkan untuk  mengerjakan hal-hal lain dalam blogging seperti yang kusebutkan di atas. Sedang  ngeblog kan butuh dipublish secara kontinu, bukan buku yang hanya sekali dicetak  pada akhir masa penulisan.  

Selain itu, draft postinganku juga lumayan banyak tapi belum tereksekusi untuk  mengeditnya apalagi mempublishnya. Btw, untukku menulis draft itu harus beda  waktunya dengan mengedit agar tulisan terendap dulu sehingga lebih mudah untuk  merapikannya. 

Balik lagi ke program Habit Hebat yang kujalani. Pada awalnya, setiap peserta  harus membuat proposal kebiasaan. Proposal ini berisi identitas, tanda, kebiasaan,  reward, big why, idola, sumber, support, dan antisipasi kendala. Di level menjaga  kebiasaan ada beberapa tambahan poin pada proposal kebiasaan. 

Aku kan tipe yang suka planning rapi begini, kalau nggak mau dibikin ribet. Makanya  waktu awal masuk, aku sudah menyangka bakal cocok sama programnya. Program  ini benar-benar memfasilitasi segala kemageranku dalam melaksanakan habit. 

Saat malas mendera ketika ingin melaksanakan kebiasaan, aku selalu diingatkan  dengan ‘tugas’ membuat laporan harian dan mengisi formulir setiap hari. Itu salah  satu hal yang membuatku akhirnya terpaksa untuk terus melakukan habit itu. 

Support dari teman-teman sesama peserta, mentor yang ada di dalam grup, serta  materi-materi daging yang diberikan oleh Coach Adji juga menjadi bahan bakar  yang mampu menyalakan semangatku untuk membangun habit ini. 

Sekarang aku sedang berada di tahap fase ketiga yaitu mengabadikan kebiasaan.  Semoga aku bisa menjalaninya sampai akhir dan terus mengabadikan kebiasaan ini  selamanya, kalau perlu meningkat ke arah yang lebih baik. 

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin kutuliskan, tapi mungkin akan lebih baik  menunggu sampai setelah aku menyelesaikan program Habit Hebat ini. Tunggu saja.  []

[Rindang Yuliani] 



Share:

Pertemuan Rahasia Civilian Depurator

 

Pertemuan Rahasia Civilian Depurator

(M.Arie Hidayat)




 

Ban mengkilap dari mobil sedan serba hitam itu menapak di salah satu genangan air di depan salah satu gudang yang berjejer di sebuah area industri. Mobil yang memiliki kaca hitam pekat tersebut kemudian berhenti tepat di depan pintu gudang yang hampir selebar bangunan tersebut. Seorang pria gendut berjas sepanjang lutut keluar dari kursi kemudi. Dia seorang diri. Dia kemudian berjalan ke arah pintu gudang yang hanya sedikit celah terbuka, sambil mengenakan topi purun biru yang merupakan identitas dari sindikat Civilian Depurator.

 

Sebuah sindikat yang membasmi para penduduk ‘terpilih’ dengan tujuan menciptakan keseimbangan di tengah masyarakat. Namun nyatanya, alasan mereka memilih target oprasinya ditentang oleh sebagian besar masyarakat. Entah memang alasan sindikat itu terkesan dipaksakan, atau memang karena mayoritas penduduknya memang layak untuk dibasmi.

 

Setidaknya mereka punya lima modus operasi, dari pencurian, perampokan, penyerangan kantor atau markas dari lembaga atau kelompok, penculikan, sampai pembunuhan yang mereka beri istilah ‘eleminasi sampah penduduk.’

 

Salah satu kelompok yang kontra dengan Civilian Depurator adalah The Whites. Para anggotanya memiliki sebutan Mr. and Mrs. White. Tujuan mereka hanya satu, yaitu menggagalkan setiap oprasi dari Civilian Depurator, hingga nanti mereka kehabisan sumber daya, dan akhirnya pihak berwajib dapat meringkusnya hingga ke akar-akarnya.

 

“Oh, kukira aku terlambat?” ucap pria gendut itu yang melihat ada tiga orang lainnya yang juga masih berdiri di sekitar meja pertemuan.

 

Hanya meja kayu sederhana dengan sebuah pistol di atasnya, di sekelilingnya terdapat lima kursi kayu yang tidak kalah sederhana. Pada salah satu kursi itu, sudah duduk seorang pria dengan topi yang sama seperti orang lainnya, disinari satu lampu pijar kecil yang menggantung tidak terlalu tinggi dari atas meja.

 

“Tidak gendut, tapi bukan berarti kamu tidak terlambat,” ucap pria di kursi, kemudian dia menyeringai. “Duduk lah tuan-tuan.”

 

“Ya, apapun katamu, Mr. On time...” ucap salah satu dari mereka dengan agak kesal. Keempat pria itu pun duduk di kursinya masing-masing.

 

“Aku tidak menyangka, bos akan memerlukan orang sebanyak ini untuk penculikan kali ini,” kata pria di kursi lagi, yang tadi dipanggil Mr. On time oleh salah satu dari mereka.

 

“Oke, jadi misi kali ini adalah penculikan ya,” ucap Mr. White dalam hati. Tanpa disadari yang lainnya, anggota The Whites berada di antara mereka.

 

Dalam melakukan kordinasi orientasi aksinya, Civilian Depurator selalu mengacak agennya, yang tidak saling kenal, dan saling merahasiakan berkas misinya. Hal ini dimaksudkan agar kemudian jika ada penyusup dalam tim aksi, maka akan ketahuan saat kordinasi, dan segera dieleminasi. Namun nyatanya, hasilnya tidak selalu seperti itu.

 

“Yah, aku rasa ini wajar. Meskipun dia hanya anak kecil, tapi penjaganya banyak,” salah seorang pria bertubuh kekar memberi respon.

 

“Bagus, petunjuknya semakin mengerucut...” ucap Mr. White lagi dalam hatinya.

 

“Terlebih dia adalah anak perempuan satu-satunya,” pria dengan kumis tipis ikut berbicara.

 

Mendengar itu, Mr. On time dan si kekar memicingkan matanya pada si kumis tipis.

 

“Aku rasa pertemuan kita kali ini disusupi...” ucap si gendut. Dia memandangi wajah masing-masing orang di sekitarnya. “Kita harus menyamakan persepsi, dan saling menyamakan data ‘buruan’ untuk mengatahui siapa penyusup di antara kita.”

 

“Ya, ya... aku sepakat,” ucap Mr. On time, si kekar, dan pria satunya dengan tampilan seorang pria baruh baya bersahutan.

 

“Kamu pak tua, apa pendapatmu tentang buruan kita kali ini?” tanya si gendut pada pria tua.

 

“Hey, kenapa aku? Bukannya kamu tadi yang duluan bicara setelah tuan kumis tipis ini menyampaikan tentang buruan kita. Kamu dulu dong selesaikan omongan kamu, deskripsikan tentang misi atau buruan kita kali ini!” pria tua itu merasa ada yang aneh pada si gendut. Dia pun menyuruh si gendut untuk mendeskripsikan terlebih dahulu.

 

Mr. On time memgangguk, kemudian memberi aba-aba pada si gendut untuk mulai berbicara.

 

“Huh...” gerutu si gendut agak kesal. “Aku hanya berpesan kepada siapa pun nanti yang akan membersamaiku dalam misi ini, berhati-hatilah. Orang tua dari anak ini adalah orang kaya, dia bisa mempersiapkan apa saja dengan hartanya.”

 

“Ya, aku sependapat. Dia bisa saja menambah armada mobil penjaga anaknya,” sahut pria tua.

 

“Oke, aku rasa aku tahu siapa penyusupnya,” ucap si kekar.

 

“Dari awal juga sudah jelas...” ucap si gendut juga.

 

Kemudian secara serentak semua mata mereka tertuju pada si kumis tipis.

 

“Hey, hey... Kenapa kalian memandangiku seperti itu? Aku juga memegang nama target buruan. Aku bukan penyusupnya...” si kumis tipis mencoba untuk membela diri.

 

“Ya, kamu memang memegang sebuah nama, namun nama itu keliru. Karena kamu bukan bagian dari kami!” pria tua memberi penjelasan. “Aku juga pilih dia untuk dieksekusi!”

 

“Kau sepakat kan kalau dia penyanyi?” tanya si kumis tipis lagi pada Mr. On time dan si kekar, berusaha mencari pendukung.

 

“Ya...” jawab Mr. On time singkat.

 

“Pemyanyi ya... oke, satu informasi lagi kudapat,” satu keberuntungan lagi bagi Mr. White.

 

“Tapi dia bukan perempuan...” si kekar menyambung jawaban dari Mr. On time, yang kemudian membuat si kumis tipis skak mat.

 

Dengan cepat si kumis tipis berdiri dari kursinya, berusaha untuk kabur...

 

DORRR!! Laras pistol yang mengeluarkan asap itu segaris dengan posisi si kumis tipis. Pria tua baru saja melepaskan tembakan dari pistol yang sudah tersedia di atas meja. Jasad si kumis tipis pun tersungkur di meja.

 

Si gendut kemudian menyingkirkannya, dan mencari-cari sesuatu dari saku si kumis tipis. Tidak lama kemudian, dia meraih sebuah kartu nama.

 

“Lihat. Kartu anggota Undercover,” si gendut memperlihatkan sebuah kartu dengan gambar siluet hitam orang bertopi.

 

“Hmm... berarti target oprasi mereka ini anak laki-laki ya. Hampir saja aku terkecoh.”

 

“Undercover sialan...” gerutu pria tua sambil meletakkan lagi pistol ke atas meja.

 

“Kita sudah aman?” tanya Mr. On time.

 

“Aku khawatirnya belum. Sebab di pistol ini tadinya ada tiga peluru,” jawab si gendut, “yang berarti hanya ada tiga anggota yang nantinya akan ikut dalam misi ini. Satu peluru sudah bersarang di kepala Undercover sialan ini, kini tinggal dua peluru lagi. Jika setelah ini kita berhasil menemukan satu penyusup yang lainnya, kita aman. Namun jika sampai peluru terakhir kita tidak juga menemukan penyusupnya, kita tamat...”

 

Semuanya terlihat tegang, meskipun berusaha untuk tetap terlihat tenang.

 

“Aku hanya berharap tidak ada Mr. White di sini,” lanjut si gendut lagi. “Sebab mereka memiliki senjata rahasia mereka sendiri. Ada yang telunjuknya bisa menembakkan peluru, tembakan laser dari mata, dan hal-hal mustahil lainnya.”

 

“Oke, berarti hanya tinggal satu di antara kita berempat ya... Sepertinya ini tidak terlalu sulit,” ucap Mr. On time.

 

“Baiklah, melihat dari biodata target pada berkas misi yang kuterima, dengan boneka aku yakin dia akan mudah kita jebak,” kini si kekar yang lebih dulu memberi pandangan.

 

Mr. On time mengernyitkan dahinya. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya dari pernyataan si kekar.

 

“Bisa jadi sih... Terlebih Sabtu ini merupakan jadwal pekanannya untuk pergi ke taman hiburan. Itu merupakan set yang pas,” sahut Mr. On time, menyambut deskripsi dari si kekar.

 

“Oke, sepertinya Mr. On time sepakat kalau anak ini suka boneka. Dan setiap Sabtu dia ke taman hiburan. Sepertinya aku tau beberapa artis cilik yang memiliki ciri-ciri seperti ini. Aku hanya tinggal memastikan satu hal...” gumam Mr. White, dia semakin optimis.

 

“Nanti cari bahan bonekanya yang gak pakai dacron. Kemarin aku liat di infotainment, dia alergj dacron,” si gendut menambahkan.

 

“Tunggu, maaf tuan kekar, aku harus menanyakan ini padamu. Sebab apa yang kamu sampaikan tadi mau tidak mau membuatku curiga,” ucap si pria tua.

 

“Lho, kenapa?” si kekar mulai takut.

 

“Boneka. Kita semua tahu anak seumurannya pasti suka boneka. Sekalipun kita asumsikan saja data tersebut tertera di berkas misi, penyusup yang tidak memiliki berkas itu pun juga akan bisa berspekulasi seperti itu, sebab setiap anak seumuran dia pasti suka boneka,” Mr. On time menjelaskan.

 

“Itu dia. Cobba jelaskan pada kami lebih spesifik, boneka jenis hewan apa yang disukainya?” tanya si pria tua.

 

“Mamalia!” jawab si kekar spontan, tanpa ragu, dan begitu otomatis.

 

“Aku rasa dia sudah mendapat kesimpulan dari petunjukku barusan, dan akhirnya tahu siapa anak yang akan kita culik, dari sana lah dia tahu bahwa anak itu suka boneka dari jenis mamalia...” si gendut mengambil pistol di atas meja, kemudian menodongkannya pada si kekar. “Aku memilih dia untuk dieksekusi.”

 

“Boneka kesukaannya mamalia sudah dipastikan. Tinggal sedikit lagi...” detak jantung Mr. White semakin berpacu, dia sangat yakin kali ini akan mengetahui siapa target oprasi mereka.

 

“Tunggu, dia bahkan belum memberi deskripsi apapun setelah kita mengeksekusi Undercover!” tunjuk si kekar pada si pria tua.

 

“Huh... lihatlah. Penyusup kita mulai ketakutan. Jelas-jelas aku bagian dari tim ini. Kalimatku ini pasti akan membuat kalian yakin,” si pria tua mencondongkan tubuhnya merapat ke meja. “Anak ini memiliki dua saudara...”

 

Damn!! Ini semakin rumit!” gerutu Mr. On time. Dia sepakat dengan apa yang dikatakan oleh si pria tua. Semuanya seolah memiliki alibi.

 

“Bagus. Jika anak ini memiliki dua saudara, berarti tinggal dua kemungkinan siapa anak ini,” ucap Mr. White dalam hati. Kini dia semakin dekat.

 

“Jangan khawatir bung, ini sudah jelas bahwa dia lah penyusupnya,” si gendut berusaha menenangkan Mr. On time, dia menunjuk si kekar dengan ujung laras pistol yang masih berada di tangannya.

 

“Bukan...” si pria tua berujar.

 

Semua mata tertuju pada si pria tua. Mereka dikagetkan oleh pernyataannya barusan.

 

“Dengan segala hormat, Mr. On time, yang jelas bukan kamu penyusupnya, sebab kamu lebih dulu tahu bahwa oprasi kali ini adalah penculikan, bukan pencurian, perampokan, penyerangan markas, atau yang lainnya. Penyusupnya adalah... dia,” telunjuk si pria tua tepat mengarah pada si gendut, yang tiba-tiba matanya melotot kaget sekaligus marah.

 

“Hey, jaga mulut kamu pak tua! Sekarang aku benar-benar mencurigai kamu lah penyusupnya!” teriak si gendut. Suaranya bergema dalam gudang yang luas itu.

 

“Semakin jelas kan?” ucap si pria tua sambil tersenyum dan sedikit merentangkan tangannya.

 

Mr. On time memberi aba-aba pada si gendut untuk tenang. Si gendut mendengus kesal meskipun akhirnya dia bisa diam.

 

Si pria tua kemudian meneruskan penjelasannya, “Pertama, dia mencoba untuk melewati sesi pemberian deskripsi dengan memintaku untuk lebih dahulu menyampaikan deskripsi. Kedua, dia menyatakan bahwa orang tua dari anak ini merupakan orang kaya. Ini merupakan deskripsi paling bodoh. Itu merupakan hal yang sudah pasti, mana mungkin kita akan menculik orang dari kalangan biasa-biasa saja, apa lagi miskin.”

 

“Hey, aku hanya berusaha agar penyusup sialan itu tidak mendapatkan petunjuk-petunjuknya dengan jelas, yang kemudian bisa membuatnya benar-benar merasuki tim kita!” si gendut memberi penjelasan.

 

“Boleh aku teruskan?” tanya si pria tua yang merasa pemaparannya diinterupsi.

 

“Ya, silakan...” sahut si kekar.

 

“terimakasih. Ketiga, sedari tadi dia paling sering berbicara untuk memprovokasi. Terakhir, dia mencoba mempengaruhi kita untuk mengeksekusi pria malang ini,” si pria tua menunjuk si kekar. “Bahkan dia sudah menodongkan pistolnya. Kemudian tiba-tiba berubah menuduhku sebagai penyusup saat aku mengatakan dia lah penyusupnya.”

 

“Bukannya tadi kamu yang bilang mencurigai dia?” si gendut kembali mencoba mengacaukan pikiran yang lainnya.

 

“Tapi dia bisa menjawab dengan cepat, tanpa ragu. Malah kamu yang tiba-tiba memberi respon sangat agresif,” sahut si pria tua lagi.

 

“Aku rasa sebaiknya kamu taruh dulu pistol itu ke atas meja, gendut,” pinta Mr. On time.

 

Si gendut tak bergeming, hanya memandangi Mr. On time dengan marah.

 

“Kecuali kamu ingin membuat kami semakin yakin bahwa kamulah penyusupnya...” lanjut Mr. On time lagi. Mau tidak mau, si gendut meletakkan pistol tersebut ke tempatnya.

 

“Oke, aku pilih dia untuk dieksekusi kali ini,” si kekar menunjuk si gendut, sambil memandang pada Mr. On time.

 

“Brengsek!!” caci si gendut.

 

Mr. On time memindah pandangannya pada si pria tua, seolah bertanya, siapa yang dipilihnya.

 

Sambil mengangkat bahunya, pria tua menjawab, “Aku yang memaparkan panjang lebar gitu, ya aku curiga dia lah penyusupnya.”

 

“Kalau aku tetap yakin, dia lah penyusupnya,” si gendut memilih si kekar. Dia mengucapkannya sambil memandang penuh emosi pada si kekar.

 

“Ya aku lebih condong pada si gendut juga sebenarnya...” jawab Mr. On time.

 

“Haha... dua lawan dua. Eksekusi tidak bisa kita lanjutkan jika jumlah suara sama,” ucap si pria tua sambil tertawa kecil. “Oke, ini penjelasan tambahanku, kenapa aku sangat yakin bahwa dia penyusupnya. Dia mengatakan target buruan kita alergi dacron. Info yang dia katakan dapat dari infotainment. Bukan dari berkas misi yang sudah kita terima masing-masing. Dia tahu orang-orang macam kita tidak bakalan nonton infotainment, sehingga dia...”

 

DORRR!!

 

“Aku ikut memilih dia. Hasil vote sudah lebih dari setengah kan?” ucap Mr. On time setelah melepaskan peluru ke kepala si gendut.

 

“...seperti itu,” ucap si pria tua menutup penjelasannya yang sebenarnya belum benar-benar selesai.

 

Si kekar kemudian bergegas menghampiri jasad si gendut. Dia benar-benar penasaran, apakah si gendut ini Undercover atau The Whites.

 

Si kekar pun mencari-cari kartu pengenal di saku jas, celana, bahkan kemeja. Hingga akhirnya tangannya berhasil menyentuh sebuah kartu. Setelah dirogohnya kartu tersebut, matanya membelalak melihat logo yang ada pada kartu tersebut. Si kekar membalik kartu tersebut agar si pria tua dan Mr. On time dapat melihatnya.

 

Si pria tua menutup mulutnya, kaget, tidak bisa menerima kenyataan ini.

 

Pada kartu itu terdapat logo siluet pria biru bertopi, dengan tulisan Civilian Depurator yang mengelilinginya.

 

“Arrgh!! Kamu, maupun kamu penyusupnya... peluru terakhir di sini akan membungkammu selamanya!” bentak Mr. On time pada si kekar dan si pria tua.

 

“Aku minta maaf, aku benar-benar...” si pria tua mencoba untuk menenangkan Mr. On time.

 

“Pak tua... jika bukan si gendut penyusupnya, dan bukan juga Mr. On time seperti yang kamu jelaskan tadi, berarti kamu lah penyusupnya...” ucap si kekar sambil memandangi si pria tua dengan lekat.

 

“Whoa, whoa... tunggu dulu. Bagaimana pun kalian juga sepakat kan dengan petunjuk-petunjukku sebelumnya? Anak itu dikawal oleh armada penjaga bermobil, kemudian memiliki dua saudara...”

 

“Benar juga, bahkan dari tadi sebenarnya aku mencurigai si kekar. Apa pembelaanmu?” tanya Mr. On time pada si kekar, sambil berusaha meraih pistol. Namun tangan si kekar lebih dulu mencapai pistol itu, sehingga kini tangan mereka menumpuk. Kemudian mereka bersepakat untuk sama-sama menjaihkan tangan dari pistol tersebut.

 

“Bukankah kita perlu memberi deskripsi terakhir? Aku yakin di sini akan terlihat siapa penyusup sebenarnya,” ucap si kekar. Lagi-lagi dia memicingkan mata pada si pria tua.

 

“Cukup adil,” sahut si pria tua singkat, sambil mengangkat alis dan bahunya.

 

“Aku rasa aku tidak perlu berucap apa-apa lagi, karena sudah pasti bukan aku penyusupnya. Silakan si kekar...” ucap Mr. On time.

 

“Aku rasa sebaiknya penyusuplah yang lebih dulu mengucapkn kalimat terakhirnya...” sahut si kekar, sambil terus memandangi si pria tua, dan kembali menggenggam gagang pistol di meja.

 

“E.. No, no...” sambil menunjuk pistol yang dipegang si kekar, si pria tua menggoyangkan telunjuknya, isyarat tidak boleh melakukan itu.

 

Si kekar pun menjauhkan lagi tangannya dari pistol itu.

 

“Baik lah jika itu maumu. Dengarkan baik-baik,” lagi-lagi pria tua itu mencondongkan badannya mendekati Mr. On time dan si kekar. "Mari kita ingat apa kata pria yang terakhir kita eksekusi.”

 

Si pria tua merujuk pada kalimat si gendut yang mengatakan, “aku rasa dia sudah menyimpulkan dari petunjukku barusan. Biar aku yang mengeksekusinya!"

 

“Bahkan, bukankah tadi kamu juga merasa bahwa deskripsi dia yang mengatakan target suka boneka mencurigakan? Sebab saat itu dia mencoba berspekulasi,” pria tua menambahkan lagi, mencoba memprovokasi Mr. On time.

 

“Bukannya kamu yang dari awal berspekulasi?” si kekar tidak mau kalah. Dia juga mencoba membangun persepsi Mr. On time.

 

Seketika Mr. On time memalingkan wajahnya pada si pria tua.

 

“Haha... di sini terasa semakin panas ya, bung,” ucapnya pada Mr. On time. “Itu tadi kata-kataku untuk menegaskan siapa yang akan kita eksekusi berikutnya. Sekarang, sesuai janjimu. Aku khawatir justru kamu yang tidak punya data sedikitpun terkait misi kali ini. Ucapkan pada kami sesuatu yang kemudian bisa membuat kami sangat-SANGAT yakin bahwa kamu memang bagian dari tim,” pinta si pria tua pada si kekar.

 

“Oke, aku yakin, kali ini kamu yang akan kami eksekusi. Ayah dari anak ini baru saja kehilangan istrinya. Kamu pasti sepakat denganku kan?” si kekar memandang pada Mr. On time, Mr. On time mengangguk mengiyakan.

 

Tanpa disadari si kekar dan Mr. On time, pria tua itu tersenyum penuh kemenangan. Sejurus kemudian, pistol yang tadinya berada di meja sudah berada di tangan kanannya, dan meletuskan sebuah peluru ke kepala si kekar. Sedangkan tangan kirinya, jempol dan telunjuknya membentuk sebuah pistol yang juga sudah mengeluarkan peluru menuju kepala Mr. On time.

 

Kedua anggota Civilian Depurator itu pun tumbang.

 

Pria tua yang ternyata seorang Mr. White itu pun berdiri. Dia merogoh ponsel jadul dari saku bagian dalam jasnya. Dia membuat sebuah panggilan telpon, sambil berjalan menuju pintu keluar.

 

“Target dikonfirmasi adalah artis cilik bernama Juanda Ridha. Anak dari Pak Laksma Ridha dan almarhumah Gita Laksma Ridha. Dugaan rencana waktu dan lokasi penculikan adalah Sabtu depan di taman bermain Dedaun Rambat, jl. Kancil. Amankan perimeter dalam radius 1 kilometer. Kemungkinan Tim Dua dari sindikat ini yang akan beraksi.”

Share:

YUK, KENALAN SAMA PUBLIC SPEAKING

 

YUK, KENALAN SAMA PUBLIC SPEAKING

(RAHMAH)




 

Public speaking sebenarnya bukanlah aktivitas baru yang hanya dilakukan oleh manusia-manusia pada zaman modern. Bahkan sejarah telah menunjukkan bahwa akar tradisi kegiatan public speaking ini telah ada sejak zaman peradaban Yunani kuno, yaitu pada tradisi politiknya. Seni berbicara di depan publik ini biasanya disebut dengan nama “retorika”, dari bahasa Yunani rhētorikós, yang berarti “pidato”, atau dari kata rhḗtōr yang berarti “pembicara publik” yang telah dipelajari bahkan sejak dalam ilmu pengantar ilmu komunikasi. Secara singkat retorika berarti pembicaraan publik atau pidato. Tokoh-tokoh yang terkenal berbicara atau melakukan retorika adalah Gorgias, Plato, dan Aristoteles dengan model komunikasi Aristoteles yang dimilikinya.

Saat ini public speaking dianggap merupakan tingkatan komunikasi tertinggi dalam komunikasi, dari komunikasi intrapersonal sampai komunikasi publik, yang bisa dilakukan oleh manusia dan termasuk dalam salah satu model model komunikasi yang dipelajari sejak dulu, dan siapapun dapat melakukannya serta tidak harus berada dalam ruang lingkup politik sebagaimana pada zaman dahulu.

Beberapa menyebutkan bahwa suatu komunikasi dapat disebut dengan komunikasi publik apabila jumlah audiens yang berada dalam komunikasi tersebut berjumlah lebih dari sepuluh orang. Akan tetapi pada prinsipnya komunikasi publik memiliki bentuk sistem komunikasi massa yang melibatkan pembicara dan audiens dalam jumlah yang banyak dan tidak dapat dipahami hanya dengan model komunikasi antar pribadi.

Kamus Webster’s Third New International Dictionary ngejelasin, public speaking adalah proses pembicaraan di depan public (the act of process of making speechess in public); dan seni serta imu pengetahuan mengenai komunikasi lisan yang efektif dengan para pendengarnya (the art or science of effective oral communication with an audience).

Sedangkan Charles Bonar Sirait (2010:26) mendefinisikan public speaking sebagai kombinasi antara pengalaman, kemampuan  diri, manajemen, serta seni dalam berbicara di depan umum. Bahkan Ruli Tobing mengartikan public speaking secara lebih luas yaitu rangkaian cara berpikir yang didasarkan dari pengumpulan seluruh talenta manusia atas pengalaman masa lalu, masa sekarang, serta masa yang akan datang dan dipadukan dengan etika, pola perilaku, ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, analisis keadaan, dan faktor lainnya.

Nah, dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulin kalo public speaking adalah seni berbicara di depan publik tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi, memengaruhi, dan mengubah opini. Every one can talk, but not any one can speak”.  Setiap orang emang bisa bicara, tetapi tidak semua orang bisa ngomong di hadapan orang banyak. Berbicara dalam kehidupan keseharian sangatlah mudah, tetapi tidak semudah berbicara dengan lugas, jelas, dan tepat sasaran di hadapan publik.

Berbicara di depan publik saat ini emang udah jadi kebutuhan semua orang karena tulisan saja tak cukup kuat untuk berkata-kata. Maka kemampuan berbicara menjadi sangat penting karena ia dapat menguatkan arti dari sebuah tulisan. Dia juga dapat memperkuat sebuah maksud dan tujuan karena sifat berbicara di depan publik ini  adalah keterampilan yang dinamis.

Public speaking adalah aktivitas yang sangat dekat dengan perubahan. Melalui public speaking kita dapat mengetahui pemikiran konseptual dari seseorang atau gagasan masa depan seseorang beserta ide-ide luar biasanya loh. Semakin modern,  manusia akan semakin sadar bahwa kecepatan dan kecanggihan sebuah produk atau jasa menjadi hal yang biasa saja. Itu semua sangat berhubungan dengan perubahan definisi public speaking itu sendiri yaitu rangkaian cara berpikir yang didasarkan dari pengumpulan seluruh talenta manusia atas pengalaman masa lalu masa sekarang serta masa yang akan datang. Juga dipadukan dengan etika pola perilaku ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya, analisis keadaan, dan faktor lainnya dalam bentuk kalimat atau ucapan yang mengandung makna strategi komunikasi dibaliknya untuk mencapai tujuan tertentu

Jadi, public speaking adalah aktivitas menyeberangkan pesan dengan baik dari diri kita pihak lain. Hal mendasar yang perlu dimiliki yaitu tindakan yang konkret atau tidak muluk-muluk untuk belajar ilmu tentang public speaking, latihan secara konsisten,  dan terjun langsung ke lapangan berbicara atau tampil di depan publik. Kalau kamu merasa takut, latih diri kamu untuk ngurangin rasa takut itu supaya ia tidak membunuh keberanian kamu. Jangan biarkan rasa takut ini mempengaruhi kepercayaan diri kamu dalam berbicara. Khawatir dan takut itu adalah hal yang wajar karena kita semua pasti memiliki rasa takut. Namun,  jangan sampai kekhawatiran atau ketakutan ini mematikan kemampuan berbicara kita untuk tampil di depan umum. Apalagi kita sudah menyiapkannya sedemikian rupa maka kita perlu memotivasi diri dan memperbaiki kelemahan diri sendiri.

Public speaking sendiri adalah sebuah aktivitas yang memerlukan kemampuan kamu agar bisa membaca data dan fakta yang melatarbelakanginya. Berbicara di depan public maka kamu sebagai pembicara harus mengetahui apa saja faktor-faktor yang memengaruhi mengapa kamu menyampaikan suatu materi, kapan akan disampaikan, dan mengapa kamu nyampein materi tersebut, serta apa tujuan akhir dari penyampaian materi public speaking kamu. Kalo  kamu bicara tanpa data dan hanya memakai pengalaman atau fakta saja tentunya topik kamu akan terasa kurang gregetnya. Pembicaraan itu menjadi tidak berguna alias kurang bertaji atau kurang tajam.

Teori public speaking yang dikembangkan oleh para ilmuwan memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu yang akan terus disempurnakan seiring dengan perkembangan pengetahuan, riset, evaluasi dan lain sebagainya yang bisa dilakukan oleh para ilmuwan secara bebas. Beberapa kelebihan teori public speaking yang telah ada antara lain telah mampu menggambarkan elemen-elemen dalam komunikasi publik secara lengkap, mampu menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka melakukan komunikasi publik, dan lain sebagainya.

Hanya saja teori public speaking pada umumnya tidak berbicara tentang bagaimana melakukan public speaking dengan tenang, mengatasi grogi, dan lain sebagainya dan oleh karena itulah banyak dilakukan penelitian dan observasi tentang bagaimana seseorang dapat melakukan komunikasi publik dengan menarik, terlihat tenang atau menguasai, dan lain sebagainya.

Share:

MENGAPA HARUS BELAJAR PUBLIC SPEAKING

 

MENGAPA HARUS BELAJAR PUBLIC SPEAKING?

(RAHMAN)




 

Kamu tahu nggak kalo salah satu hal yang paling ditakuti dalam kehidupan ini adalah apa hayo? Bisa nebak nggak? Nggak punya uang atau dapat nilai jelek? Ternyata bukan itu loh! Ternyata, oh, ternyata bicara di depan banyak oranglah yang dianggap paling menakutkan. Gimana dengan kamu? Kamu ngerasa nggak?

Yoi, bicara di depan publik bagi sebagian orang emang nggak enak. Rasanya tuh bikin bulu kuduk berdiri kayak nonton film horor. Menegangkan dan menakutkan. Weleh-weleh, sampai segitunya yah. Tapi emang benar sih, kalo udah tampil di depan seakan-akan seluruh mata hadirin lagi menghakimi kita. Kayak terdakwa di meja hijau gitu.

So, mau nggak mau. Suka nggak suka kamu bakalan kena giliran tampil di depan. Entah itu membacakan puisi, hasil kerja kelompok, nyanyi, menari, pidato untuk pengambilan nilai Bahasa Indonesia, atau malahan maju ke depan karena di hukum guru.

Sebelum ngulik lebih jauh tentang public speaking, yuk, kita ngobrol dulu tentang komunikasi secara umum. Yang namanya komunikasi akan berlangsung kalo ada proses membuat pesan yang setara antar dua orang atau lebih. Artinya, kalo kamu ingin berkomunikasi dengan baik kamu kudu nyampein pesannya dengan bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, dan latar belakang budaya pendengar kita.

Supaya komunikasi kamu berjalan lancar, kamu harus tahu nih lima kaidah komunikasi efektif yang disingkat menjadi REACH (Respect, Empathy,  Audible, Clarity, dan Humble) yang artinya merengkuh atau meraih. Kenapa disebut demikian? Karena komunikasi pada dasarnya adalah upaya bagaimana meraih perhatian, cinta, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif orang lain.

Pertama, Respect artinya sikap hormat dan menghargai saat berkomunikasi dengan orang lain, termasuk berbicara di depan umum. Karena pada dasarnya semua orang pasti ingin dihargai dan dianggap penting. Kalo muka kamu judes dan omongan suka nyelekit gak bakalan ada deh yang mau dengerin omongan kamu.

Kedua, Empathy. Yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Kita tuh jadinya pribadi yang siap mendengar dan siap menerima masukan atau umpan balik apa pun dengan sikap positif.

Ketiga, Audible. Yaitu dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Biasanya nih pakai media audio visual supaya lebih mudah untuk memahami pesan yang ingin disampaikan.

Keempat, Clarity. Yaitu kejelasan dari pesan yang disampaikan sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berlainan. Seringkali orang menganggap remeh pentingnya clarity dalam public speaking, sehingga tidak menaruh perhatian pada suara dan kata-kata yang dipilih untuk digunakan dalam public speakingnya.

Kelima, Humble. Arrtinya sikap rendah hati. Kita tuh jangan sampe deh ngerasa sombong karena merasa udah ahli atau menganggap diri kamu penting ketika berbicara di depan publik. Justru dengan kerendahan hatilah, kamu dapat nangkap perhatian dan respon positif dari pendengar.

Perlu kamu pahami juga kalo kapasitas penerimaan indra manusia, yaitu pendengaran 11% dan 75% visual. Untuk mendukung indra visual lewat mata maka kamu perlu bantuan media (podcast, video, televisi, laptop,dan lainnya). Media ini hanya sarana loh ya, bukan suatu tujuan, karena dalam  berkomunikasi tetep aja harus menggunakan kata dan frasa. Seingkali yang mampu menghipnotis pendengar itu bukan apa yang dikatakan oleh kamu. Melainkan apa yang dikatakan lewat ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang mampu memengaruhi pendengarnya.

Kalo menurut ilmu komunikasi, isi pembicaraan sedikitnya memiliki satu dari tiga tujuan berikut, yaitu memberi infomasi, menghibur, dan membujuk (meyakinkan) pendengar. Maksudnya gini ya, kalo kita ngasih informasi berarti ada hasil yang akan didapat pendengar. Entah itu pengetahuan baru, informasi terkini, atau sesuatu yang berguna bagi pendengar. Kalau hiburan biasanya bersifat nyenengin kayak stand up comedy atau ngelawak gitu. Sedangkan membujuk biasanya pengen memengaruhi atau meyakinkan pendengar agar ada perubahan pola pikir atau perubahan sikap setelah mendengar apa yang kamu omongin ke mereka.

Dalam ilmu komunikasi sendiri, kalo kita ngomong di depan umum alias public speaking maka akan ada kaitannya dengan keterampilan atau keahlian dalam melakukan presentasi. Makanya kita kudu rajin berlatih untuk meningkatkan kemampuan berbicara dalam public speaking  khususnya presentasi.

Kuy, kita cari tau dulu apa itu presentasi ya. Presentasi itu komunikasi lisan yang disampaikan secara formal. Beda ya sama kamu ngobrol heboh atau ngegibah sama teman se geng. Pernah ngerasa nggak kalo kamu betah berlama-lama ngobrol ampe berbusa-busa tapi ketika diminta presentasi dua atau tiga menit aja mulut kamu langsung bungkam seribu bahasa. Diminta bikin pertanyaan, menanggapi omongan teman yang lagi presentasi, atau ngeluarin pendapat berdasarkan hal yang kamu yakini bikin kamu mules-mules dan bibir kamu terkunci rapat saking kagoknya bingung mau ngomong apa.

Du.. du.. du.. sengsara amat yak kalo kamu belum ngilmu tentang public speaking. Yah, minimal tau banyaklah tentang serba-serbi presentasi. Makanya dijamin nggak rugi deh kamu belajar ilmu public speaking ini. Dijamin kamu bakalan dapet ilmu sejibun kalo mampu nuntasin baca buku ini ampe abis. Jangan lupa juga dipraktekin ya, Sob. Lah ngapain juga selusin baca buku tentang public speaking kalo malas dipraktekin. Ya, percuma dong ah.

Ok, kita lanjut lagi yah. Yang namnya presentasi entuh bentuknya macam-macam. Presentasi bisa berupa laporan tugas pengamatan atau kunjungan, penjelasan dari proyek atau penugasan yang udah kamu kerjain di rumah, laporan wawancara, laporan hasil rapat OSIS atau hasil rapat ekskul, seminar mini, bedah buku, bereksperimen, atau tutorial membuat sesuatu.

Menurut Macnamara (1998), presentasi itu ciri khasnya ngegunain sarana pendukung. Sebut aja kayak media audio visual dan berbagai teknik penyampaian pesan seperti demonstrasi, drama, kuis, dan lainnya sehingga presentasi kamu lebih menarik dan mampu mempengaruhi gitu loh.

Keterbatasan softskill bukanlah alasan bagi seseorang untuk tidak mampu terampil berbiacara di depan orang banyak. Ketidakpercayaan diri itu dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang mempersiapkan dirinya untuk tampil di depan publik, baik dari segi topik pembicaraan, fisik, maupun mental.

Permasalahan lain yang sering dialami yaitu kurangnya penguasaan materi yang akan disampaikan. Seorang pembicara selalu berharap mendapatkan banyak dukungan terhadap pendapat dan materi yang akan ia sampaikan. Akan tetapi, sebagian besar orang cenderung merasa rendah diri terhadap permasalahan ini. Khususnya ketika ia membandingkan dirinya dengan tingkat status, nilai, penampilan, penghasilan, atau kecerdasan dari calon pendengar yang akan dihadapinya. Secara langsung hal ini akan menyebabkan stress tersendiri. Maka dari itu, dibutuhkanlah sebuah kekuatan dari dalam diri individu untuk selalu berpikir positif. Potensi-potensi yang ada pada diri mereka hanya butuh ditampilkan.

Nah supaya presentasi kamu sukses dan gak bakalan malu-maluin kamu kudu nyiapin dengan matang. Ibarat kayak kita nyiapin proyek selama berminggu-minggu. Eh, ketika tampil nyampein laporannya paling cuma beberapa menit doang. Uncle Abraham  Lincoln aja pernah ngomong gini,  “Jika saya memiliki delapan jam untuk ngerobohin sebatang pohon.  Maka saya akan ngabisin enam jam untuk mengasah kapak”. Tuh, dahsyat bangetkan yang namanya persiapan itu.

Kalo kamu udah nyiapin dengan cermat dan penuh perhitungan, kamu bakalan terhindar dari yang namanya demam panggung. Kalo udah demam panggung, sehebat apapun hafalan kamu, sefasih apapun kamu bicara saat latihan, ya bakalan ancur dah penampilan kamu. Gak ada manis-manisnya diliat. Sepet, pahit, dan bikin ilfill para pendengar. Jangan harap bakalan dikasih tepuk tangan meriah atau pujian melimpah ruah kalo kamu emang belum siap tampil untuk ngomong.

Kamu tahu Antoni Dio Martin, Merry Riana, atau  Najwa Shihab? Siapa sih yang nggak kenal ama mereka. Yes, para public speaker alias pembicara, trainer, motivator, fluencer,  inspirator atau apapun namanya banyak banget bertebaran. Hal ini menandakan kalo skill public speaking itu sangat bermanfaat. Tengok aja ke instagram atau youtube banyak bangetkan video para pembicara yang makin hari makin banyak diminati. Hal ini menandakan kalo kamu sukses jadi pembicara di masa depan hidupmu bakalan mudah deh.

Makanya jangan buru-buru nganggap kalo bicara di depan umum itu sulit dan menakutkan. Gampang kok! Asal tau caranya. Yang penting diakrabin dulu tuh yang namanya seni berbicara di depan umum. Emang bener kalo ngomong di depan orang banyak itu njelimet. Namun, hal ini jangan menjadi batu sandungan buatmu untuk terus belajar.

Nah, kemampuan berbicara di depan umum ini bisa dibilang adalah seni. Yang namanya seni berarti kamu harus ngelakuinnya dengan penuh perasaan. Harus terus diasah tuh kemampuan bicara kamu supaya makin terampil. Bukan sekadar nyomot materi dari buku trus disulam dengan kata-kata pemikat hati. Resapi setiap lekuk kata yang akan kamu sampaikan. Nah, kalo sudah begitu kamu siap tampil deh. Rasa takut yang nyangkut di dalam sukma gak bakalan hadir deh kalo kamu udah percaya diri ngomong di depan umum.

Jangan terlalu mikirin pendapat orang lain. Because we can’t make everybody happy. Karena saat kamu berhadapan dengan sekumpulan orang, entah itu teman-teman kamu atau orang lain, kamu akan ngadepin cara pikir orang yang berbeda-beda.Tidak semua yang kamu sampein bakalan disetujui oleh seluruh pendengar. Kamu jangan terlalu mikirin itu deh ya. Fokus pada apa yang kamu mau bagi dan inspirasikan ke pendengar dari lubuk hatimu yang paling tulus. So, just do it and keep on going! Maju terus pantang mundur. Maju untuk selalu belajar dan nambah amunisi kamu dalam mencari ilmu tentang teknik bicara di depan umum. Buang jauh-jauh rasa malu dan minder kalo kamu mau berhasil. Tetap semangat walau badai menghadang.

Share:

Most Recent

3/recent/post-list

Popular Posts

Labels

Recent Posts

Kata Kata Bijak

  • Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.
  • Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
  • Pramoedya Ananta Toer

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.