Hidup Minimalis
[Rindang Yuliani]
Akhir-akhir ini aku
banyak mengonsumsi konten digital yang berkaitan dengan hidup minimalis. Aku
langsung merasa klik karena sebagian besar prinsip hidupku cocok dengan
minimalisme ini. Namun di sisi lain aku juga punya habit yang bertentangan
dengan prinsip hidup minimalis.
Minimalisme sendiri
adalah paham menjalani kehidupan dengan sedikit barang. Bahkan, makna
minimalisme bisa menjadi lebih luas yaitu hidup dengan hanya fokus pada sedikit
hal baik barang atau pikiran.
Persamaan makna
minimalis terdapat pada kata sederhana. Ya, minimalis bukan tentang hidup berkekurangan
tapi hidup dengan sedikit hal tapi merasa cukup. Itulah kesederhanaan. Jika
hanya ingin mengikuti hawa nafsu, kita tidak akan pernah mungkin merasa cukup.
Lawan makna kata
minimalis adalah konsumtif. Gaya hidup ini mempunyai ciri selalu membeli dan
mengonsumsi banyak barang atau informasi sehingga membuat hidup tidak optimal. Contoh
seperti gawai yang isi memorinya hampir penuh, sehingga performa kecepatannya menjadi
menurun.
Sudah aku singgung
di atas bahwa aku juga memiliki habit yang tidak minimalis. Salah satunya
adalah overthinking. Ya, ada masanya dulu aku memikirkan segala macam hal.
Selain itu, ada juga pikiran yang selalu muncul di kepalaku padahal aku sendiri
tahu bahwa hal tersebut sama sekali tidak bisa kukendalikan. Lalu mengapa aku
memikirkannya?
Untuk
barnag-barang, aku sebenarnya bukan pembeli yang konsumtif. Tapi aku adalah
tipe orang yang sulit membuat braang-barang, padahal barang tersebut secara
fungsi sudah tidak berguna lagi. Terlebih jika barang tersebut bernilai
sentimental. Duh, barang tersebut pasti akan memenuhi lemariku selama
bertahun-tahun. Padahal, itu hanya akan menyita waktu dan energiku untuk
memikirkan dan merawatnya.
Untuk produk
fashion, seperti baju, tas, atau sepatu untunglah aku tidak punya masalah
dengan mereka. Aku bisa mengendalikan keinginan untuk memiliki terlalu banyak,
jumlah yang kumiliki sedikit tapi cukup. Selain itu, aku menerapkan sistem
masuk satu, keluar satu agar jumlah barang yang kumiliki tetap dan tidak
membuat rumah penuh. Percaya atau tidak, punya lebih sedikit barang, akan
membuat kita lebih bahagia.
Begitulah sekilas
pemikiranku tentang minimalisme. Bagaimana pengalamanmu dalam menjalani hidup, Teman?
Apakah selama ini lebih cenderung minimalis atau konsumtif? []
No comments:
Post a Comment