Danu baru saja keluar dari masjid. Dia dan
beberapa orang di sana baru selesai salat zuhur. Entah kenapa, kali ini Danu
mengambil rute pulang yang berbeda dari biasanya. Jalanan yang dilewatinya kali
ini lebih sepi dari rute yang biasa digunakannya. Tidak hanya itu, permukaan
jalannya pun sangat membantu hati untuk bersikap sabar. Sebab jalanannya
berlubang-lubang, dan membuat Danu terombang-ambing di atas motornya.
Sialnya, kantong belakang Danu yang tidak
begitu dalam, ditambah kondisi jalan yang tidak rata, membuat Danu tidak sadar,
bahwa dompetnya yang kurang masuk dengan sempurna terjatuh. Dompet malang
bergambar unicorn itu, tergelatak begitu saja di tengah jalan.
-o0o-
Kurang lebih lima belas menit berselang sejak
jatuhnya dompet Danu. Seorang pria bernama Ganda melintasi rute yang sama
dengan Danu. Tak sesial Danu, di jalan yang sering dikatakan orang-orang rusak
itu, Ganda melihat seonggok dompet berwarna pink.
“Wah, ada dompet nih.”
Ganda memungut dompet itu, dibolak-baliknya,
memperhatikan tampilan luar dari benda tersebut.
“Dilhat dari warnanya, dan gambar kartun kuda
bertanduk satu ini... sepertinya ini punya cewek deh. Kukembalikan ah, siapa
tau jodoh, hehe...”
Ganda yang berniat baik setengah-setengah pun
mulai membuka dompetnya, mencari kartu identitas, atau hal lainnya untuk
membantunya menemukan pemilik dompet tersebut. Tak sesulit mencari jarum di
tumpukan jerami, dia pun menemukan beberapa kartu identitas.
“Danu Ramadhan, Danu Ramadhan, Danu Ramadhan
lagi...” dia membaca nama yang tertera pada ketiga kartu identitas itu. “Ah,
masa sih dompet ginian punya cowok?”
Ganda merasa tak yakin, namun kemudian dia
membatin, “Jangan-jangan ni cowok setengah-setengah... hi...” Ganda bergidik.
Namun tiba-tiba matanya tertuju pada tiga lembar uang merah di dalamnya.
-o0o-
Satu menit berlalu semenjak dompet itu
kemudian ditinggal di tempat yang sama oleh Ganda. Lily seorang anak kecil
berusia delapan tahun, sedang asik bersepeda di jalan yang tak wajar itu. Lily
yang memang menyenangi...
“Waaa... unicorn!!”
Nah, itu dia. Dia baru saja teriak setelah
melihat dompet pink bergambar unicorn tersebut. Sejurus kemudian, dompet itu
sudah masuk ke bajunya. Lily membawa pulang dompet itu ke rumah, dan
dipamerkannya pada kakak perempuannya, Mawar.
“Lihat, aku punya dompet baru...” ucap Lily
sambil melambai-lambaikan dompet tersebut ke hadapan muka kakaknya.
TAP!! Kegesitan tangan seorang kakak yang
murka tak dapat terlihat bahkan oleh pemindai kecepatan sekalipun.
“Punya siapa ini?” tanya kakaknya sambil
memeriksa isi dompet itu. Seketika dia tersenyum, menahan tawanya.
Melihat reaksinya, Lily yang tadinya kesal gak
jadi, berubah jadi penasaran dan kemudian bertanya, “Ada apa, kak?”
“Sepertinya yang punya dompet ini laki-laki
deh,” ucap Mawar sambil memperlihatkan KTP yang ada di dompet tersebut.
“Mending kamu buang lagi aja deh dompet ini, daripada nanti kamu ditangkap
polisi...”
Mawar melempar benda itu lagi ke adiknya.
Namun dengan cepat, diambilnya lagi dompet itu dari adiknya.
“Tunggu, tunggu... perasaan tadi ada sesuatu
deh di sini...” ucap Mawar sambil mengambil satu lembar kertas merah dari dalam
dompet itu. “Nah, ini...”
“Eh, kakak...” Lily hendak protes, namun Mawar
berlalu begitu saja.
Takut dirinya ditangkap polisi karena barang
bukti masih ada di tangan, Lily pun melempar begitu saja dompet tersebut ke
halaman rumahnya.
-o0o-
Malamnya, Danu yang sudah sejak sore tadi
sadar bahwa dompetnya hilang, merenung di cafe langganannya. Cafe yang hanya
menyediakan kopi sachetan, dengan waiters tanpa barista di dalamnya. Karena
waitersnya lah di sini yang sekaligus membuatkan kopinya, dengan teknik
sobek-seduh-aduk.
Waitersnya itu ya temennya Danu sendiri, si
Burhan. Sambil mengantarkan kopinya Danu, Burhan bilang, “Sudah lah, Nu...
bukannya kamu yang sering bilang, bahwa kalo emang masih ada rejeki kita di sana,
maka gak akan ke mana... pasti balik lagi.”
Danu hanya diam, sambil menyeruput kopinya,
dia terus memikirkan dompet bekas almarhum adiknya itu.
Baru saja Burhan mau ngomong lagi, datang dua
muda-mudi ke cafenya. Burhan pun beranjak, melayani kedua tamu tersebut.
Setelah mencatat pesanan kedua muda-mudi itu, Burhan ke belakang, menyiapkan
pesanan mereka. Keduanya pun mulai mengobrol.
“Yang... tumben sih kamu nraktir aku hari ini?”
tanya si perempuan. Mukanya mirip dengan Mawar.
“Iya nih, kebetulan tadi siang aku dapat uang
seratus ribu,” senyum senang merekah dari si pria.
“Eh, sama dong. Tadi siang adikku ada bawa
dompet pink gambar unicorn...” oh, ternyata dia memang Mawar.
Danu yang tidak jauh dari sana, lehernya
tetiba berotasi ke arah mereka.
“Nah, itu...” jawab si pria.
[Selesai; jika merasa kurang puas dengan
akhirannya, kalian boleh kok menambahkannya di kolom komentar]
oleh : Arie
No comments:
Post a Comment